Kondisi Timor Leste Kini, 14 Tahun Setelah Merdeka dari Indonesia

Republica Democratica de Timor Leste, nama dalam Bahasa Portugal yang jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi Republik Demokratik Timor Lest

Editor: bandot
Kompas.com
Salah satu sudut Kota Dili, Timor Leste dengan latar belakang laut lepas dan patung Cristo Rei atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Kristus Raja. Patung Cristo Rei merupakan salah satu tempat tujuan wisata favorit bagi wisatawan yang datang ke Dili. 

"Kalau di sini adanya cuma Marlboro. Sampoerna adanya di sana," kata dia sembari menunjukan lokasi minimarket yang dimaksud. Harga rokok di Dili adalah sekitar 1,5 Dollar AS.

Jika diubah ke dalam kurs rupiah, harga ini hampir sama dengan harga jual rokok di Indonesia yang rata-rata kini dijual dengan harga sekitar Rp 20.000-an.

Kompas.com sempat berbincang dengan petugas parkir yang bernama Miguel Da Silva (43) itu. Hal yang ditanyakan adalah apakah dirinya lebih senang dengan kondisi saat ini atau saat masih menjadi bagian dari Indonesia Miguel tak menjawab dengan tegas. Namun ia menyebut situasi saat ini jauh lebih aman dan damai.

"Dulu kan selalu perang," kata dia.

Di luar kawasan Timor Plaza, tempat-tempat perbelanjaan di Dilibisa dibilang jauh dari kesan modern. Kompas.com dan rombongan jurnalis asal Indonesia sempat berkeliling Kota Dili dan menyambangi salah satu pasar oleh-oleh yang terkenal di kota tersebut, yakni Tais Market.

Secara fisik, Tais Market adalah deretan ruko-ruko yang beratapkan seng dan berdinding triplek. Tais adalah nama kain tenun khas Timor. Di Tais Market, kita dapat menemukan berbagai hasil kerajinan khas Timor Leste, tidak hanya yang masih berbentuk kain tais, tapi juga yang sudah berbentuk tas, pakaian, maupun aneka gelang dan gantungan kunci.

Harga yang ditawarkan tergantung kualitas barang. Sebagai contoh, kain tais dengan kualitas rata-rata ditawarkan dengan harga sekitar 8 Dollar AS. Jika pembeli membeli dalam jumlah minimal 3, maka penjual bersedia melepas dengan harga 6 Dollar AS per kainnya.

Sementara itu kain tais dengan kualitas terbaik ditawarkan dengan harga sekitar 15 dollar AS. Di tempat ini, Kompas.com juga sempat menanyakan salah seorang pedagang pertanyaan yang sama seperti yang diajukan ke petugas parkir di Timor Plaza.

Pedagang yang ditemui salah seorang pria paruh baya bernama Alberto Dedeus (70). Alberto mengaku kehidupannya saat ini tak jauh berbeda saat Timor Leste masih menjadi bagian Indonesia. Namun ia menyatakan kondisi saat ini jauh lebih tenang.

"Aman," ujar pria yang mengaku sudah 25 tahun berjualan di Tais Market ini.

Selama di Dili, Kompas.com dan rombongan jurnalis asal Indonesia sempat bertemu dengan Menteri Pariwisata, Seni dan BudayaTimor Leste Fransisco Kalbuadi Lay.

Saat berbincang-bincang, Kalbuadi mengakui infrastruktur di negaranya memang masih tertinggal. "Infrastrukturnya memang masih belum. Namanya juga baru 14 tahun merdeka. Pelan-pelan," kata Kalbuadi saat ditemui usai menghadiri sebuah acara di DiliConvention Center, Sabtu (10/12/2016).

Menurut Kalbuadi, ada tiga sektor prioritas yang kini sedang digenjot Pemerintah Timor Leste untuk mendukung pembangunan di negara tersebut, yakni migas, pertanian, dan pariwisata.

Khusus untuk sektor pariwisata, ia menyebut ada dua hal yang perlu dibenahi lebih dulu, yakni stabilitas dan infrastruktur. Untuk yang pertama, Kalbuadi menyatakan Pemerintah Timor Lestesudah berhasil mencapainya.

"Syukur puji Tuhan sampai saat ini tidak ada masalah dengan stabilitas," kata dia.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved