Pesawat Polisi Jatuh

Awalnya, Pria Ganteng Ini tak Berniat Jadi Polisi. Ini Alasannya Kemudian Masuk Korps Bhayangkara

Abdul Munir Miharja tidak pernah punya keinginan untuk menjadi anggota kepolisian.

Editor: Fifi Suryani
Facebook/Munir Miharja
AKP Munir Miharja 

Laporan: Valdy Arief

TRIBUNJAMBI.COM, TANGERANG - Abdul Munir Miharja tidak pernah punya keinginan untuk menjadi anggota kepolisian.

Polisi berwajah ganteng yang menjadi korban jatuhnya pesawat kepolisian di perairan Dabo, Lingga, Sabtu (3/12/2016), masuk dalam Korps Bhayangkara demi mengejar cita-cita untuk menjadi pilot.

Keinginan Munir mengendalikan pesawat untuk bermanuver di udara bermula saat melihat sebuah pameran udara tahun 1995.

Dalam peragaan kelihaian pilot itu, salah satu pesawat dikendalikan pacar Retno, kakak perempuan tertua Munir.

"Sepulang dari acara itu dia kelihatan seperti orang yang banyak pikiran. Waktu ditanya, dijawab 'saya mau jadi pilot kak'," sebut Retno, kakaknya di rumah duka, Tangerang Selatan, Minggu (4/12/2016).

Pacar yang kemudian menjadi suami Retno pun menjelaskan bagaimana agar bisa menjadi pengemudi pesawat profesional.

"Dibilang caranya tidak mudah, tapi dia bersikeras tetap ingin jadi pilot," kata kakak tertua Munir, Retno.

Tujuan hidup Munir sempat terkendala pada awalnya.

Lulus dari SMA tahun 1996, baru tahun 1999 dia bisa masuk ke Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug.

Prosesnya pun tidak mudah, ada 800 orang kala itu yang bersaing untuk menjadi 18 calon pilot.

Ketika mengeyam sekolah agar lihai terbang, Retno pernah diceritakan beberapa pengalaman Munir saat terbang.

Ada satu yang tidak terlupa dari benak perempuan berhijab ini.

"Pernah dia cerita hadapi awan CB. Katanya ngeri sekali, salah-salah nabrak bukit. Alhamdulillah waktu itu selamat," kenangnya.

Setelah bertahun-tahun bergelut di sekolah penerbangan, baru pada 2005 Munir lulus. Namun, keinginan bekerja sebagai penerbang, tidak langsung tercapai.

Beberapa perusahaan penerbangan coba dia lamar. Sampai ada satu kesempatan yang mengubah jalan hidupnya.

"Waktu itu ada pendaftaran untuk jadi penerbang polisi, dia daftar. Alhamdulillah diterima," paparnya.

Menjadi penerbang di Kepolisian, Munir mendapat kesempatan untuk belajar di Akademi Kepolisian.

Lulus dari lembaga tersebut, dia langsung menjadi perwira polisi. "Sering dia bercanda. Maunya jadi pilot malah jadi polisi," ungkapnya.

Mengabdi pada negara sebagai polisi, sering membuat Munir terpisah dengan keluarga dalam waktu lama.

Terlebih jika ada tugas tertentu, Retno menyebut tidak jarang adiknya harus tugas selama satu bulan tanpa pulang ke rumah.

Rasa iri dari teman-teman satu sekolah penerbangan yang telah melalangbuana ke penjuru dunia pun hanya dia curahkan pada sang kakak.

"Sering dia cerita, mau seperti teman-temannya yang sudah bawa Boeing 737 keliling dunia," imbuhnya.

Sumber: Tribun Batam
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved