Demonstrasi 4 November

Kericuhan Setelah Pukul 18.00 yang Merembet Kemana-mana, Jangan Kalah oleh Pendompleng

Sebuah aksi besar dari ummat Muslim digelar di Jakarta dan di beberapa kota besar di Indonesia.

Editor: Nani Rachmaini
BIRO PERS SETPRES/KRIS
Presiden Joko Widodo saat memberikan pernyataan terkait demo 4 November 2016 di Istana Merdeka, Sabtu (5/11/2016). 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Jumat (4/11/2016) menjadi hari paling sibuk di Indonesia, khususnya DKI Jakarta. Sebuah aksi besar dari ummat Muslim digelar di Jakarta dan di beberapa kota besar di Indonesia.

Melihat besaran masa yang terlibat, kita bersyukur aksi itu bisa terkendali dan berlangsung dengan damai. Walaupun, setelah pukul 18.00, yang merupakan batas waktu diizinkannya sebuah aksi berlangsung, suasana makin memanas.

Ricuh kecil terjadi. Tiga buah mobil dikabarkan dilalap api. Publik menyadari ada kobaran api itu pertama kali dari salah satu stasiun televisi yang menyiarkan peristiwa itu secara langsung.

Pada jam-jam berikutnya, provokasi di dunia nyata dan juga di dunia maya terus dilakukan. Banyak informasi menyesatkan di dunia maya yang semakin memperkeruh suasana.

Jelang tengah malah, kerusuhan terjadi di Kampung Luar Batang. Melihat para remaja yang terlibat, tampaknya kerusuhan itu bukan berasal dari peserta aksi demo 4 November. Jelas bahwa ada upaya pihak-pihak tertentu untuk memanfaatkan demo 4 November.

Pada akhirnya, kerusuhan itu bisa dikontrol dan Sabtu pagi ini suasana sudah kondusif. Kita berharap, semuah pihak, termasuk para politisi, bisa mengendapkan suasana ini agar lebih tenang dan tertata. Demo 4 November telah berakhir damai, tak boleh ternoda oleh ulah para pendompleng.

Dalam situasi seperti ini, mulut para oportunis pendompleng kepentingan, yang biasanya kencang berbunyi nyaring, diharapkan tak lagi sembrono mengeluarkan pernyataan yang bisa memperkeruh suasana.

Termasuk juga, jari-jari para netizen diharapkan tak sembarangan menyebar berita bohong. Semua harus ditimbang terkait dampak dan konsekuensinya.

Kita tak butuh "mulut besar" untuk membangun negeri ini, bukan pula "kicauan" di media sosial yang bombastis yang menyulut emosi. Tetapi yang kita butuhkan adalah jiwa besar untuk secara arif bisa menyikapi berbagai perbedaan.

Proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama telah dijanjikan tetap berlangsung, bahkan sampai ada intervensi agar prosesnya dipercepat dalam dua pekan ke depan. Publik harus memahami prosedur itu dan sama-sama bisa mengendalikan diri.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved