GALERI FOTO: Ratusan Warga Gunung Tujuh Bantu Tarik Ekskavator dari Dalam Rawa, Berhasilkah?
Ratusan warga Gunung Tujuh ramai-ramai mendatangi lokasi tenggelamnya alat berat berupa ekskavator
Penulis: hendri dede | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM, KERINCI - Ratusan warga Gunung Tujuh ramai-ramai mendatangi lokasi tenggelamnya alat berat berupa ekskavator di rawa Danau Bento, desa Renah Kasah, Minggu (23/10). Warga dari tiap desa tersebut bergotong royong bersama berusaha mengangkat ekskavator yang masih tenggelam. Dengan menggunakan tali dan kayu seadanya, sejak pagi warga mencoba menarik ekskavator. Namun hingga sore kemarin, alat berat itu belum bisa naik ke atas.
"Kami mencoba mengangkat ekskavator dengan menarik ke atas teknik deret tigo. Tapi baru sedikit yang naik, karena kedalaman rawa bento lebih 12 meter, jadi kalau nak pasang kayu harus 20 meter, ini yang sulit," ungkap Edminuddin, seorang tokoh masyarakat Kayu Aro.
Edminuddin mengatakan sekitar 300 warga secara bersama ikut menarik. Tapi nampaknya sulit diangkat keseluruhannya. Selain itu gotong royong ini juga sudah masuk hari keempat. Untuk itu dirinya dan camat telah meminta masyarakat kembali bekerja ke ladang masing-masing.
"Jangan pula dengan kejadian ini warga tak sudah beberapa hati tak keladang. Nanti ini juga akan diusahakan pengusaha dan pemerintahan desa," kata anggota DPRD Kerinci ini.
Sebelumnya diberitakan alat berat sewaan pemerintahan desa Renah Kasah tenggelam di Rawa Danau Bento saat menuju jalan ke goa Kasah Kayu Aro untuk membuka jalan. Namun saat ekskavator menyeberang, kayu pengganjal di danau tak mampu menahan beban ekskavator. Hingga ekskavator milik proyek tenggelam di dalam rawa. Puluhan warga desa lainnya panik, namun hanya bisa melihat dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Karena kejadiannya begitu cepat, jadi panik. Mau bantu tak bisa," kata Kensu warga setempat.
Camat Kayu Aro, Wal Amri mengatakan kejadian ini baru pertama kali, karena sebelumnya ekskavator juga dibawa dengan cara yang sama melewati danau itu. Amri mengatakan perjanjian sebelumnya antara desa dengan pemilik alat berat bahwa pihak desa tahu alat berat sampai ditempat pekerjaan. Sedangkan kejadian itu di luar lokasi pekerjaan.
Sehingga solusinya apakah diganti rugi atau tidak oleh desa, dilakukan pembahasan. Akan tetapi, keterangan pemerintahan desa setempat sudah dibayar panjar Rp50 juta.
"Iya sudah dibayar panjar Rp50 juta, pembayaran itu sebelum alat berat bekerja di sana," kata Camat.