Eksklusif Tribun Jambi

GALERI FOTO: "Tak Masalah Sekolah Mirip Kandang Kambing. Yang Penting Anak Kami Bisa Belajar"

Persoalan pendidikan masih mewarnai Peringatan HUT ke 71 Republik Indonesia. Para wali murid

Penulis: Hendri Dunan | Editor: Fifi Suryani
TRIBUN JAMBI/HENDRI DUNAN

TRIBUNJAMBI.COM, TUNGKAL - Persoalan pendidikan masih mewarnai Peringatan HUT ke 71 Republik Indonesia. Para wali murid menolak penutupan kelas jauh yang dianggap bermasalah oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Para wali murid ini bahkan rela membantu perbaikan sekolah asalkan pendidikan kelas jauh ini bisa berjalan di tempat mereka.

Ibarat kisah film yang diangkat dari novel laris karya Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi, kejadian yang hampir sama juga terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pihak Dinas Pendidikan menutup sekolah kelas jauh yang berada di Parit 10 RT 15 Kecamatan Bram Itam. Alasannya, pengadaan kelas jauh tersebut tidak memiliki izin dan harus kembali ke sekolah induk. Alasan lainnya, karena dua kelas di sekolah tersebut hanya berdindingkan nipah dan beratapkan seng yang banyak lobang. Sehingga ketika hujan, kegiatan belajar mengajar otomatis dihentikan.

Tribun yang meninjau lokasi sekolah tersebut pun menemukan bangunan yang cukup miris untuk belajar. Ketika banyak sekolah tengah bersaing ketat dengan fasilitas multi media, ber-AC dan berdinding kedap suara, di sekolah kelas jauh ini justru sebaliknya. Ada dua kelas yang paling disorot karena kondisinya tersebut. dinding bangunan terbuat dari daun nipah, dan atapnya menggunakan seng yang sudah banyak lobang disana sini. Tidak ada fasilitas wc dibangun di sekolah tersebut.

Kondisi sekolah setelah dibongkar.

Kedua kelas itu sudah dibongkar dan hanya menyisakan tiang-tiang bangunan.

Rusmida, wali murid yang berhasil ditemui mengaku sedih sekolah tersebut harus dibubarkan dan dikembalikan ke sekolah induk. Sebab, dirinya mengaku tidak bermasalah dengan kondisi sekolah yang dicap media sebagai kandang kambing. Tetapi tetap bisa digunakan anak-anak mereka untuk menuntut ilmu.

"Kami tidak masalah sekolah anak kami dikatakan mirip kandang kambing. Yang pentingkan guru dan anak kami bisa belajar. Bisa jadi orang pintar," ucap Rusmida, Selasa (16/8).

Bukan hanya itu, bahkan dirinya bersama 50 wali murid lainnya rela swadaya untuk membelikan asbes untuk dinding bangunan sekolah tersebut. Dalam perhitungannya, jika mereka sumbangan Rp 80 ribu per orang maka bangunan sekolah itu akan terlihat lebih baik. Sehingga aktifitas belajar mengajar tetap bisa dilanjutkan.

"Terus terang kami orang desa ini tidak tahu mau ngomong sama siapa. Kami mau sumbangan untuk membelikan asbes biar sekolah ini diperbaiki. Asalkan belajarnya dikembalikan ke sini. Kalau cuma itu masalahnya,"pinta Rusmida.

Apa yang dikatakan Rusmida ini dibenarkan oleh beberapa wali murid lain. Alasannya, bila anak-anak mereka dipindahkan ke sekolah Induk SD 43, lokasinya lumayan jauh. Jika anak-anak mereka masih kecil, maka orang tuanya harus menemani dan antar jemput. Sementara mata pencarian wali murid hanyalah buruh upah pengupas kopra dan pinang. Itu bisa mengganggu pencarian orang tuanya.

"Pilihan kami orang tua, terutama yang janda. Tidak sekolah anak rugi. Terus sekolah bisa kehilangan pekerjaan dan terancam tidak makan. Kami pinta pemerintah memperhatikan dampak itu juga," ucapnya.

Rusmida dan wali murid lainnya mengatakan bahwa sebelum keputusan pengembalian seluruh siswa ke sekolah induk, dilakukan pembicaraan yang difasilitasi camat, antara pihak sekolah, Dinas Pendidikan dan wali murid. Tetapi, banyak warga yang tidak hadir, sehingga kemungkinan aspirasi itu tidak tersampaikan. Akibatnya pada hari Jumat (12/8) seluruh siswa sudah belajar di sekolah induk. Sebelumnya pada hari Kamis, ada pihak yang merobohkan atap nipah dan benda lain yang menempel dinding sekolah hingga terlihat kumuh.

"Kami semua di sini pandai menganyam daun nipah. Dinding Nipah itu kami warga disini yang bergotong royong menganyam sendiri. Lalu, kami pasangkan ke dinding sekolah. Yang penting anak kami bisa belajar dan tidak kena panas," tegasnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved