Nurul dan Ririn Sempat Kaget Ketika Dipilih Bawa Baki
Menjadi pembawa baki menjadi kebanggan sendiri untuk seorang Pasukan Pengibar Bendera, apa lagi saat upacara HUT ke 71 RI tentu menjadi pengalaman
Penulis: Tommy Kurniawan | Editor: Rahimin
Laporan Wartawan Tribun Jambi. Tommy Kurniawan
TRIBUNJAMBI.COM JAMBI - Menjadi pembawa baki selalu menjadi kebanggan sendiri untuk seorang Pasukan Pengibar Bendera, apa lagi saat upacara HUT ke 71 RI, tentu menjadi pengalaman yang sulit dilupakan.
Seperti yang dirasakan Nurul Fitri Sari dan Ririn Afriani, mereka berdua nantinya akan bertugas membawa baki untuk menaikan dan juga menurunkan bendera merah putih di HUT RI ke 71 yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi Jambi dilapangan kantor Gubernur Jambi pada 17 Agustus nanti.
"Belum tahu siapa yang akan membawa baki untuk upacara menurunkan bendera ataupun menaikanya, karena dikabarkanya ketika gladibersih yang terakhir kali Senin besok (hari ini)." Kata Nurul saat ditemui di mess mereka menginap di kantor LPMP Provinsi Jambi, Minggu (14/8).
Nurul dan Ririn sebelumnya sempat terkejut ketika dipilih menjadi pembawa baki oleh pelatihnya, karena sebelumnya merek berdua tidak terfikirkan hal tersebut. Namun momen itu pun tak mau dilepaskanya.
"Ketika dipilih waktu latihan jelas kami kaget, sempat bingung kenapa bisa kita berdua, tapi jelas kami sangat bingung, karena banyak anggota paskib lainya yang lebih bagus," kata Nurul yang bersekolah di SMA Negeri Singai Penuh.
Rasa senang dan bahagia tentu dialami mereka berdua, namun disisi lain, rasa gugup dan kekhawatiran jelas terus memberatkan pikiran mereka.
"Awalnya kami gugup, karena formasi ini yang cukup menegangkan ketika upacara, namun kami terus diberikan motivasi oleh pelatih," katanya.
Selama latihan, Nurul dan Ririn ternyata berbeda latihanya dengan para paskibraka lainya. "Kami harus belajar bagaimana naik atau turun tangga ketika mau mengambil baki dari pak Gubernur, dan itu latihanya terpisah. Kami harus menghapal anak tangga dan berusaha berlatih dengan hati-hati," kata Nurul.
Meski berasa siap, namun Nurul dan Ririn berharap pelaksanaan upacara nanti bisa berjalab lancar tanpa ada kesalahan ataupun kendala.
"Apa lagi kalau dilihat Upacara 17 Agustus kemarin ada kejadian yang tak pernah diinginkan setiap orang seperti kesalahan mengibarkan bendera yang terjadi di Kota Jambi tahun kemarin. Itu pembelajaran buat kami agar lebih serius dan fokus," kata Ririn.
"Untuk menghilangkan rasa gugup, pelatih kami berpesan untuk fokua dan anggap itu hanya sebuah latihan, jadi kita lebih lepas dan rilex," jelasnya.
Sementara itu, sejak 29 Juli hingga usai upacara 17 Agustus, mereka berdua bersama 52 paskibraka yang terpilih mengikuti latihan dan karantina yang dipandu langsung oleh beberapa TNI. Ririn mengaku awal mula dikarantina sempat terkejut dengan system yang dijalankan seperti halnya seorang tentara.
"Disini (asrama) kami dikarantina bagaimana memanfaatkan waktu dengan sangat baik, jam 10 malam kami istrahat, kemudian jam empat pagi sudah bangun. Setelah itu latihan seharian sampai jam enam sore. Kemudian makan malam sebentar terus ikuti pembekalan. Seperi itu terus setiap hari," jelas Ririn yang bersekolah di SMA Negeri 1 Muaro Bungo.
"Ngantuk sih pasti, tapi ini harus kami jalani," senyum Ririn.
