Hijab Corner

Masih Merasa Ragu Berhijab? Ini Nasehat Jitu dari Rara

"KAMU adalah lingkunganmu," kalimat itu rasanya mampu menggambarkan Rara ketika ia memutuskan

Penulis: Teguh Suprayitno | Editor: Fifi Suryani
TRIBUN JAMBI/HANIF BURHANI

TRIBUNJAMBI.COM - "KAMU adalah lingkunganmu," kalimat itu rasanya mampu menggambarkan Rara ketika ia memutuskan untuk berhijab awal 2011 silam. Waktu itu ia merasa tertarik dengan temannya yang banyak mengenakan hijab. Meski saat itu, perempuan yang berhijab tak sepopuler sekarang.

"Awalnya tertarik lihat teman pakai jilbab, kelihatan lebih simpel, tidak perlu mikirin rambut lagi," kata Rara.

Namun tiga tahun belakangan dia mulai menyadari soal dasar penting tentang perintah menutup aurat perempuan Islam.

Rara belajar dari banyak dakwah Islam, dan Alquran yang dipelajarinya. Pengetahuannya membuat ia punya dasar pemikiran lain, bahwa berhijab adalah sebuah kewajiban.

"Jilbab itu menjaga, membentengi perempuan. Berhijab juga nunjukin jati diri sebagai seorang perempuan Islam," katanya.

"Kalau dulu orang lihat suit-suit, sekarang assalamualaikum," imbuh Rara.

Dia juga merasa bahwa setelah memutuskan berhijab, seperti ada pengingat yang selalu membuatnya melihat waktu, tempat dan bagaimana seharusnya dia perilaku sebagai seorang muslimah.

"Kalau dulu banyak orang yang bilang, jilbabin hatinya dulu baru pakai jilbab. Yang pasti, kalau ingin berhijab jangan nunggu jilbabin hati dulu. Berhijab aja, nanti jilbabnya yang akan membatasi dan mengendalikan sendiri," katanya.

Saat ini, Rara mengaku sangat nyaman dengan hijab yang sehari-hari ia kenakan. Bahkan jika dia melepas hijabnya, ia merasa seperti telanjang yang membuatnya sangat malu.

Dia ingin belajar lebih dalam soal Islam sehingga ia bisa tetap istiqomah untuk berhijab. "Semoga hati saya ditetapkan untuk tetap Islam," pungkas Rara.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved