Sukirman Bilang Ada Kejanggalan Atas Kematian Anaknya
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Suasana duka masih terlihat di rumah tinggal Idam Kholid, di RT 08 Desa Tangkit Lama,
Penulis: Dedy Nurdin | Editor: ridwan
Laporan wartawan Tribun Dedy Nurdin
TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Suasana duka masih terlihat di rumah tinggal Idam Kholid, di RT 08 Desa Tangkit Lama, Kecamatan Sungai Gelam, Muarojambi. Suasana senyap terlihat di depan rumah yang berada tak jauh dari Pondok Pesantren An Nur tersebut, Senin (25/7).
Di ruang tamu tampak beberapa kerabat korban masih duduk bersender. Bercerita tentang Idam Kholid yang baru beberapa jam sebelumnya dimakamkan di TPU tak jauh dari tempat tinggalnya. Nyawa Idham tak tertolong akibat kepala ditembus peluru senjata api milik kepolisian.
Meski sempat menjalani perawatan di RS Bhayangkara, pria yang dikenal sebagai guru ngaji ini menghela nafas terakhir Senin dini hari. Jenazahnya dimakamkan kemarin sekitar pukul 09.00. Prosesi pemakamannya juga dihadiri beberapa petinggi Polda Jambi.
Sukirman ayah korban tak menyangka Idam Kholid akan tewas dengan kondisi mengenaskan. Dia tak mendapat firasat buruk sebelum kejadian menimpa putra pertamanya.
"Pagi sewaktu di kebun ibunya juga di kebun katanya anak saya dilarikan ke rumah sakit. Tertembak di kepala. Kami langsung ke rumah sakit waktu itu," katanya dengan nada lirih saat dibincangi Tribun.
Ia mengaku tak tahu jika anaknya dianggap sebagai pelaku ilegal logging yang diburu hingga tewas dengan kondisi tertembak. Pasalnya selama ini Idham yang ia tahu bekerja serabutan. Terakhir kali ia tahu anaknya bekerja sebagai buruh kebun sawit di daerah Petaling.
Saat kejadian, ia mengatakan anaknya baru saja mau pulang ke rumah dengan menumpang truk pegangkut kayu. "Karena sopirnya dia kenal, lagi pula subuh jadi numpang sama kenalannya itu," kata Sukirman.
Namun dalam perjalanan ia dibuntuti pegendara sepeda motor. Karena sopir yang ia kenal itu kabur, Idam lantas ikut lari. "Mungkin dikira ikut-ikutan, entah bagai mana ceritanya anak saya tertembak. itu yang kami tahu kejadiannya," tutur Sukirman.
"Kalau cerita kami dapat sebelum dia meninggal dikejar satu motor pertama. Katanya polisi itu sempat mutar pistol di telunjuknya. Waktu abang tertembak sopir ini lari," timpal Maulana adik korban.
Masih menurut penuturan Sukirman, ada yang janggal dengan kematian anak pertama dari empat bersaudara itu. Di bagian wajah Idham ada luka lebam. Ini juga dibenarkan maulana. "Matanya itu kayak bengkak biru, payah mau nengok. Pipinya juga bengkak macam habis dipukuli," kata Sukirman.
Bahkan pihak keluarga menduga korban dipukuli terlebih dahulu sebelum tertembak. Sukirman dan Maulana serta beberapa warga di sekitar rumah menyangkal bila disebut Idham menyerang polisi. "Kami nggak yakin rasanya Idham melawan," kata ayahnya.
Meski ada kejanggalan dalam kasus kematian anak pertama dariempat bersaudara itu, namun Sukirman mengaku hanya bisa pasrah dan ikhlas menerima jika anaknya sudah tiada. Ia tak bisa berbuat banyak bila misalnya ada kesalahan prosedur dalam penembakan anaknya atau rekayasa atas kematian Idham. Pihak keluarga berharap pihak berwenang menegakkan keadilan.
Terpisah, Kabid Humas Polda Jambi AKBP Kuswahyudi Tresnadi mengatakan penembakan yang dilakukan oknum anggota polisi sudah sesuai prosedur dan tak ada pemeriksaan lanjutan. "Sudah sesuai prosedur, anggota di lapangan dikejar pake golok. Sudah dilakukan tembakan peringatan tapi masih dikejar pake golok," katanya. (dnu)