Kredit Macet
Sektor Perkebunan Karet Penyumbang Terbesar Kredit Macet di Jambi
Menyitat laporan BI dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwualn I-2016, secara umum terjadi pertumbuhan
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Fifi Suryani
TRIBUNJAMBI.COM - Menyitat laporan BI dalam Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwualn I-2016, secara umum terjadi pertumbuhan kredit. Yakni sebesar 9,8 persen menjadi Rp 29,1 triliun dibandingkan triwulan.
Namun, sayangnya peningkatan kredit tersebut diiringi pula peningkatan kredit macet atau Non Performing Loan alias NPL. Posisi per triwulan I kredit macet ada di angka 3,19 persen.
Kredit macet itu penyumbang tertingginya sektor pertanian, peternakan kehutanan dan perikanan, sektor perdagangan hotel dan restoran dan sektor bukan lapangan usaha. Ini seakan mengonfirmasi apa yang jadi keluhan para petani soal anjloknya harga.
Lebih rinci lagi, NPL tersebut disumbangkan oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya,
sub sektor perkebunan kelapa sawit dan sub sektor jasa perikanan lainnya.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jambi V Carlusa dikonfirmasi beberapa hari lalu mengakui dampak dari perlambatan ekonomi membuat daya beli masyarakat menurun dan memberikan sedikit hambatan bagi yang memiliki kredit di perbankan. Kata Carlusa saat ini NPL di angka 3,25 persen.
Branch Manager Bank Mandiri Jambi Ary Widya Sela bilang NPL di angka tersebut masih di angka wajar. Meskipun demikian pihaknya terus melakukan berbagai upaya perbaikan NPL agar tetap terjaga.
"Semua saling terkait, bank juga ingin tumbuh satu diantaranya dengan mencari sektor yang bisa dibiayai seperti perdagangan retail, usaha mikro kecil menengah," ujar Ari.
Adapun di Bank BTN Jambi, hingga April ini NPL di angka 4 persen. Padahal tahu lalu 3,8 persen. Manager Bank BTN Jambi Roganda bilang diupayakan pendekatan ke nasabah untuk mengatasi hal ini.
Bukan cuma di bank, di jasa multifinance demikian pula. Di Mandiri Tunas Finance (MTF) misalnya. Kepala Cabang MTF Jambi Vedy mengatakan, pada 2015 memang terjadi kredit macet. Namun ia mengklaim persentasenya tidak begitu besar dan itu sudah bisa diatasi. Mereka berhasil mengungi kredit macet ini hingga 0,5 persen. Katanya, MTF pada 2016 dari segi penjualan hampir sama di banding tahun lalu
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jambi/foto/bank/originals/31052016_petani-karet_20160531_101830.jpg)