Soimah Kehilangan Ayah, Ibu, dan Adik

Suara tangis menggema saat empat jenazah tiba di Masjid Al-Ikhlas Desa Sukandebi, Kecamatan Namanteran,

Editor: Fifi Suryani
Ist
Petugas dan warga menyisir perkampungan di kaki Gunung Sinabung yang dilanda awan panas, Sabtu (21/5/2016) sore. 

TRIBUNJAMBI.COM, MEDAN - Suara tangis menggema saat empat jenazah tiba di Masjid Al-Ikhlas Desa Sukandebi, Kecamatan Namanteran, Tanah Karo, Minggu (22/5) sore. Keempat jenazah itu masih punya hubungan keluarga.

Empat jenazah tersebut merupakan pasangan suami istri Ibrahim Sembiring (51) dan istrinya Nani Beru Sitepu (50) serta putra bungsunya Irwansyah Sembiring (17). Kemudian, satu keluarga lagi Karman Sembiring.

Soimah anak pasangan Ibrahim dan Nani tak kuasa membendung kesedihan. Suara tangisnya pecah di pelataran Masjid Al-Ikhlas. Berulang kali, dia mengucapkan hafal Alquran.

"Ya Allah, mana orangtuaku? Allah. Kuatkan hambahMu ini. Nande ras Bapa sudah tiada," katanya sambil memegang balita perempuan.

Melihat kesedihan Soimah, seorang perempuan paruh baya pun langsung memegang anak balita Soimah. Setelah itu, Soimah berlari ke arah keranda ayah, ibu dan adiknya.

"Adek, Allah, ya Allah. Aku tak kuat, maafkan kami," katanya menggunakan bahasa Karo.

Sedangkan, Samsul Sembiring, anak pertama Ibrahim dan Nani, terlihat meneteskan air mata. Berulang kali, ia berbincang dengan kerabat sembari mempersiapkan air dan tempat mandikan jenazah.

Beberapa kerabat yang melayat terlihat memeluknya sembari mengucapkan bela sungkawa. Bahkan, kerabat lainnya turut membantunya menyiapkan proses memandikan jenazah.

Keempat jenazah tersebut dikebumikan secara bersamaan. Proses pemakaman dilakukan selepas Salat Asar. Semua jenazah dikebumikan berdekatan.

Defalina Beru Sitepu, keluarga Ibrahim, menceritakan, saat awan panas meluncur dari Gunung Sinabung, Ibrahim bersama keluarganya berupaya menyelamatkan diri.

"Namun, mereka sekeluarga tidak sempat lari. Kebetulan mereka berteduh di rumah, karena hujan. Memang setiap pagi mereka ke ladang. Jadi, anak Pak Ibrahim ada lima, namun yang belum berkeluarga hanya Irwansyah, anak terakhirnya," ujarnya.

Ia menambahkan, kediamannya dengan keluarga Ibrahim berdekatan. Saban hari mereka berjumpa di ladang.

"Kalau dulu, masih di kampung jarak rumah kami berdekatan. Namun setelah pindah kontrak rumah agak jauh. Jadi, kami jumpa kalau di ladang. Bahkan, pagi sebelum kejadian kami jumpa," katanya.

Ia bercerita, peristiwa meluncurkan awan panas sangat mengerikan. Tatkala melihat luncuran awan panas pertama, sekitar pukul 14.30 WIB, ia langsung pulang dari ladang bersama suami dan anak-anaknya.

"Pagi itu, saya ke ladang waktu luncuran awan panas pertama, tapi saya langsung pulang. Ngeri kali enggak terhitung suara gemuruh. Jadi, begitu saya lihat sudah ada aktivitas gunung, saya langsung ajak keluarga pulang," ujarnya.

Ia berharap, penderitaan akibat luncuran awan panas dan erupsi Gunung Sinabung segera berakhir. Ia meminta segera direlokasi agar dapat hidup tenang.

"Saya pengin punya kehidupan yang layak seperti dulu. Jangan sepelekan kami yang sedang susah ini. Sebenarnya terpaksa kami ke ladang, karena enggak punya uang," katanya.

Mamak Fatmawatin (52), warga Desa Gamber menceritakan, guguran awan panas pertama kali muncul pukul 14.30 WIB. Warga panik dan berhamburan keluar kampung.

"Sejak guguran awan panas pertama warga pada lari menjauh. Jadi, yang punya kendaraan itu lebih dahulu keluar dari zona merah ini," ujarnya.

Ia mengaku, begitu melihat ada aktivitas Gunung Sinabung di tengah hujan deras, langsung membereskan jualan. Tidak lama kemudian, suaminya datang menjemput dan dibawa ke kawasan Berastepu naik truk.

"Suami saya sedang memelihara lembu. Buru-buru kami pulang. Semua barangku langsung diangkat ke dalam truk. Aku disuruh naik ke atas bersama warga lainnya. Kami dibawa ke lapangan di Berastepu," katanya.

Setelah itu, beberapa pemuda kembali ke Desa Gamber. Tidak lama kemudian diketahui ada beberapa korban jiwa dan luka bakar serius.

"Yang meninggal ini sebagian jemput istri dan keluarganya. Makanya, masih ada hubungan keluarga. Pertama kali ditemukan meninggal Karmal Sembiring," ujarnya.

Ia menuturkan, berdasarkan informasi yang diperolehnya tatkala awan panas meluncur Karmal berada di luar kampung.

Karena itu, dia berupaya masuk ke dalam kampung untuk menjemput istrinya.

"Tapi, Karman Sembiring terkena awan panas langsung. Sedangkan istrinya Cahaya Beru Tarigan sedang krisis. Kalau korban lainnya Nani Beru Sitepu meninggal sama anak, suaminya Ibrahim Sembiring, sempat krisis," katanya.

Tapi, setelah menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan, Ibrahim dan Persada Ginting meninggal, Minggu pagi, lantaran mengalami luka bakar serius di sekujur tubuh mereka.

Tujuh Meninggal

Guguran awan panas Gunung Sinabung mengakibat tujuh warga Desa Gamber, Kecamatan Simpang Empat meninggal dunia. Dandim 02/05 Kabupaten Tanah Karo Letkol Inf Agustatius Sitepu mengatakan, dua warga dikabarkan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik. Karena itu, personel TNI akan menjaga pintu masuk menuju Desa Gamber.

"Yang meninggal terakhir Persada Ginting (55) dan Ibrahim Sembiring. Keduanya meninggal di Rumah Sakit Adam Malik," katanya di Desa Gamber, Minggu pagi.

Selain itu, katanya, personel Kodim 02/05 Tanah Karo tidak akan membiarkan masyarakat beraktivitas di kawasan zona merah.
"Tolonglah jaga diri masing-masing, jangan tambah korban lagi. Kalau butuh informasi Dandim bersedia memberikan informasi terkini Gunung Sinabung," ujarnya.

Sebelumnya diketahui, Gunung Sinabung memuntahkan awan panas di tengah guyuran hujan deras, Sabtu sore. Akibatnya tiga warga meninggal dunia di ladang.

Sedangkan, empat warga mendapatkan perawatan medis di Rumah Sakit Efaria Etaham. Namun, pada pukul 20.00 WIB empat warga yang mengalami luka bakar itu dirujuk di Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik, Medan.

Selain itu, pada Sabtu malam, tim SAR kembali menemukan dua jenazah dari kawasan Desa Gamber.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved