EDITORIAL

Memanusiakan Pedagang

Editorial Tribun Jambi

Editor: Duanto AS

PEMERINTAH Kota Jambi mendengungkan rencana salin rupa di Pasar Tanah Pilih, Kota Jambi. Pasar yang dengan ikon yang kini tinggal nama, Istana Anak-anak. Kompleks Istana Anak-anak bakal dirobohkan lalu diubah menjadi tempat parkir enam lantai.

Secara umum rencana ini memang bagus, mengingat di sana selama ini kendaraan masih parkir di badan jalan. Tentu hal ini menghambat kelancaran lalu lintas di pasar yang berusia puluhan tahun tersebut.

Namun muncul persoalan baru. Rencana itu tidak mulus. Ada yang sepertinya terlupa dari rencana yang bagus tersebut, yakni soal pedagang yang selama ini mengais rejeki di sekitar bangunan itu.

Pedagang menyatakan penolakannya. Alasannya sederhana, yakni belum ada solusi yang terbaik bagi mereka. Rencana yang disosialisasikan pemerintah dianggap pedagang solusi yang tak manusiawi.

Pemerintah Kota Jambi memberikan solusi relokasi kepada para pedagang. Rencananya mereka akan dipindahkan ke Pasar Angso Duo Modern, yang kini terkatung-katung pembangunannya. Tapi sebelum Pasar Angso Duo itu rampung, pedagang dipindahkan terlebih dahulu ke lokasi yang ada di belakang Toko Buku Gloria. Di sinilah letak persoalan yang hingga kini belum juga terurai.

Pedagang menanggap lokasi tersebut tidak representatif. Selain itu juga biaya sewanya akan lebih tinggi dari lapak saat ini, sebab lokasi itu dikelola swasta. Tak menutup kemungkinan juga bahwa di Pasar Angso Duo Modern yang sedang dibangun itu, mereka nantinya tak dapat tempat, sebab mereka bukanlah pedagang prioritas di sana. Belum ada tempat jelas bagi mereka di Angso Duo.

Walau penolakan besar terjadi, Pemkot Jambi sepertinya masih keukeh untuk tetap merobohkan bangunan itu. Pedagang sudah diberi ultimatum mengosongkan tempat tersebut paling lambat 31 Mei 2016, sebab pada 1 Juni bangunan sudah mulai dirobohkan. Pemkot sudah mengalokasikan dana besar merobohkannya, mencapai Rp 700 juta, melalui anggaran di Dinas PU Kota Jambi.

Gelombang penolakan terus didengungkan pedagang, seperti demo yang mereka lakukan ke gedung DPRD kemarin. Pedagang meminta dewan memperjuangkan aspirasinya, agar nasib pedagang diperhatikan pemerintah. Bak gayung bersambut, dewan buka suara juga soal dana pembangunan untuk gedung parkir ternyata belum pernah dibahas pemkot bersama dewan.

Namun terlepas dari dana yang masih simpang siur itu, dewan harus memperjuangkan nasib para pedagang di sana. Nasib pedagang harus menjadi prioritas untuk diperjuangan dewan, sebab ini menyangkut hidup ratusan bahkan mungkin seribuan orang. Jangan sampai banyak masyarakat yang menjadi tertindas akibat pembangunan yang dilakukan pemerintah.

Pemerintah Kota Jambi juga harus kembali ke tujuan pembangunan, yakni bahwa pembangunan itu bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan harus bisa membuat masyarakat semakin merasakan kebaikan, atau dengan kata lain harus memanusiakan manusia.

Pedagang di Pasar Tanah Pilih itu harus dimanusiakan, jangan akhirnya menjadi objek penderita dari pembangunan. Apalagi jadi objek penderita atas pembangunan menggunakan duit rakyat yang terhimpun di APBD.

Pedagang harus diberi tempat yang layak, yang membuat mereka bisa memiliki harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak, bukan yang sebaliknya.

Kita berharap pemerintah mau belajar dari relokasi pedagang yang berjalan lancar di beberapa daerah. Selain itu, pemerintah juga harus mengedepankan ruang dialog, bukan sekadar sosialisasi ke pedagang. Di negara yang menganut demokrasi memang itu yang dikedepankan. Kiranya jangan sampai pakai tangan besi saat berhadapan dengan rakyat yang mengais rejeki di pasar. (*)

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved