Dunia Maya
Meski Tinggal di Gubuk, Agus Sukses Tipu Netizen se-Indonesia, Anda Termasuk Korbannya?
Sekilas, bangunan ini mirip kedai kelontong atau kedai kopi di kampung.
Laporan Wartawan Tribun Sidrap, Siti Fathin Hamidah
TRIBUNJAMBI.COM, PANGKAJENE - Sekilas, bangunan ini mirip kedai kelontong atau kedai kopi di kampung.
Dindingnya papan, tiangnya hanya balok, lantainya tanpa tegel keramik, dan atapnya seng.
Sungguh kontras dengan bangunan di sisi kiri dan kanannya yang merupakan rumah toko.
Di gubuk inilah, Agus (24), passobis (istilah lokal) atau penipu pada media sosial, tinggal.
Bangunan tersebut berada di Jl Poros Sidrap-Wajo, Kelurahan Tanrutedong, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap, Provinsi Sulawesi Selatan.
Dari situlah pemuda itu menipu sejumlah netizen pemilik akun di Indonesia.
Walau memilik ‘pengaruh’ di satu negara, ternyata tak banyak mengetahui soal keseharian Agus sebagai penipu pada media sosial atau "passobis" melalui beragam modus.
“Dia jarang keluar rumah,” ujar seorang warga di kelurahan itu saat ditemui TribunSidrap.com, Kamis (28/1/2016).
Warga baru mengetahui apa saja kelakuan Agus selama ini setelah penangkapan, Rabu (27/1/2016) kemarin, atas bisnis senjata api melalui media sosial, oleh personel Kepolisian Resort (Polres) Sidenreng Sidrap bekerja sama Kodim 1420 Sidrap
Setelah penangkapan, istri dan anak Agus mendadak menghilang.
Entah kini mereka ke mana.
Jelasnya, Agus sedang ditahan polisi Polres Sidrap.
“Passobis”, selain menipu melalui media sosial, juga menipu melalui telepon dan kupon undian.
Setelah melakukan penipuan kupon dan undian berhadiah, anak-anak muda asal Sidrap dan Wajo yang “menimba” ilmu bisnis aneh itu di Tanah Abang, Jakarta, terus melebarkan sayap usaha.
Pernah mereka menggegerkan Indonesia dan Malaysia lewat undian berhadiah yang disisipkan dalam kemasan produk rumah tangga.
Komplotan ini juga menjadi sumber “Mama minta pulsa” dan “Papa minta pulsa” via pesan singkat (SMS).
Jajaran Kepolisian Daerah Jawa Tengah membongkar “Passobis” asal Sidrap di Semarang.
Mereka disebut komplotan yang menipu lewat SMS dan kupon undian minyak goreng dan air mineral sejak Mei 2015 serta sudah berhasil meraup untung Rp 1 miliar lebih.
Pengakuan Mantan Passobis
Inilah pengakuan seorang mantan "passobis" yang ditemui Tribun-timur.com di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (27/1/2016).
Dia mengaku pernah menjadi kurir “passobis” di Pulau Jawa, tahun Juli-Agustus 2000.
Tahun 2000, para “passobis” sudah membayar jasa kurir, Rp 2 juta per orang.
Para kurir rata-rata dari Sulawesi Selatan.
Mereka digembleng di Jogyakarta kemudian disebar ke daerah-daerah.
“Saya waktu itu dapat tugas operasi di Magelang. Saya masih SMP waktu itu dan kebetulan sedang liburan di Jogyakarta,” kata seorang mantan kuris "passobis" yang enggan disebut namanya.
Dia mengaku lima orang satu tim yang ditugaskan ke Magelang. Honor Rp 2 juta itu dipakai beroprasi.
“Kami saweran rental mobil, sisanya untuk makan,” katanya.
Dari Magelang, Jawa Tengah, tim itu menyisir rumah penduduk di kampung-kampung.
“Tugas kami hanya melemparkan kupon undian ke halaman rumah warga dan jalanan warga, seperti loper koran yang melempas surat kabar. Bagasi mobil yang kami rental penuh, ratusan ribu lembar. Dua hari tiga malam baru kami bisa selesaikan menyebarkan kupon itu,” jelas sumber itu.
Menurut pemuda yang mengaku pernah bercita-cita menjadi “passobis” setelah digembleng di Jogyakarta itu, kelompok “passobis Sidrap” menggunakan berbagai cara untuk menarik perhatian warga.
Setiap orang dalam kelompok itu memiliki tugas masing-masing, tentunya dengan upah yang menggiurkan.
Bagian pemasaran tugasnya mencari daerah yang masyarakatnya dianggap berpenghasilan menengah ke bawah.
Pertimbangan menyasar daerah itu dengan harapan korban lebih banyak terjaring.
Bagian pemasaran merental mobil untuk menjangkau daerah terget operasi.
Kupon yang tercantum di dalamnya merek terkenal dilengkapi hadiah menggiurkan seperti kendaraan roda empat dan uang tunai ditebar dini hari di daerah pesisir.
Kontak person atas nama perusahaan terkenal dilengkapi dengan website juga tercantum di kupon itu.
Ada juga bagian operator yang bertugas menerima layanan telepon.
Staf di bagian ini hanya duduk di tengah ruangan.
Setiap operator menangani nomor telepon berbeda.
Setiap ada penelepon masuk, mereka harus memperdengarkan hiruk pikuk suasana kantor yang ramai dengan obrolan penelepon. Bagian operator wajib mengarahkan korban hinga proses transaksi.
“Kelompok "passobis" tidak pernah menetap lama jika sudah menjaring satu korbannya.