Tahun ini Gejalanya Berbeda, DBD Sulit Terdeteksi, Ini Penjelasan Dinas Kesehatan

Bisa saja cuma demam pilek, tapi setelah beberapa hari tidak sadarkan diri dan Syok, diperiksa ternyata DBD

Penulis: Dedy Nurdin | Editor: bandot
TRIBUNJAMBI/DEDI NURDIN
Petugas sedang melakukan fogging untuk memusnahkan jentik nyamuk aedes aegepty 

Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Dari hasil pengamatan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, terjadi perubahan gejala pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) ditahun ini.

Seperti disampaikan Kaswendi, Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Jambi.

Saat ini penderita DBD cukup sulit terdeteksi, jika beberapa tahun lalu, gejalanya bisa dikenali dengan adanya bintik merah, Demam tinggi dan pendarahan seperti mimisan.

Namun saat ini, kata Kaswendi tidak lagi bisa terdeteksi.

"Bisa saja cuma demam pilek, tapi setelah beberapa hari tidak sadarkan diri dan Syok, diperiksa ternyata DBD,"katanya, Selasa (26/1/2016).

Ketidak tahuan warga ini lah yang bisa menyebabkan kematian. Terlebih pada penderita DBD yang terjangkit Virus dengue jika lambat ditangani bisa menyebabkan terjadinya pengentalan darah.

Kondisi ini menghambat peredaran darah, menyebabkan pendarahan pada bagian dalam organ vital tubuh dan berujung pada syok hingga kematian jika tidak segera ditangani.

"Mendadak bisa tak sadar dan syok kalau ada demam saat ini anggap lah itu demam berdarah. Paling lambat dua hari sudah harus di bawa untuk mendapatkan fasilitas kesehatan,"katanya.

Untuk itu, perlu adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, serta mencegah genangan air selama musim penghujan.

Terkait penanganan untuk mencegah meluasnya kasus DBD di provinsi Jambi, pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jambi mengatakan telah mengeluarkan surat edaran jauh-jauh hari agar setiap kabupaten kota mewaspadai demam berdarah.

Termasuk menyediakan serbuk abate secara gratis bagi warga yang membutuhkan.

Pihak rumah sakit juga di ingatkan untuk memberi penanganan khusus terhadap penderita DBD.

"Kalau dibawa ke rumah sakit berarti kondisinya gawat. Harus di tangani duluan. Persoalan ruangan nanti dulu, yang penting penanganan pertamanya sampai benar-benar stabil,"katanya.

"Pihak rumah sakit juga tak boleh mengabaikan, jika ada yang merasa diabaikan laporkan saja, itu tidak boleh,"pungkas Kaswendi.

Dinas kesehatan provinsi Jambi mencatat tiga warga saat ini meninggal akibat DBD.

Kasus di bulan januari 2016 terbilabg meningkat dibandingkan bulan desember 2015, dari 167 kasus naik menjadi 398 kasus.

Kasus DBD paling tinggi terjadi di wilayah kota jambi, sebanyak 201 kasus.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved