Jatuhnya AirAsia QZ850 Bukan karena Cuaca

Jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah

Editor: Fifi Suryani
AFP PHOTO / BAY ISMOYO
Puing mengambang di area yang sama dengan puing lainnya terlihat saat operasi pencarian pesawat AirAsia QZ8501 di atas Laut Jawa, Selasa (30/12/2014). Puing tersebut masih diselidiki pihak berwenang, apakah terkait pesawat AirAsia yg hilang. 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah pada Desember 2014 ternyata bukan karena faktor cuaca.

Investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan, penyebab utama kecelakaan adalah karena adanya kerusakan pada sejumlah sistem di pesawat.

Dalam keterangan pers, Nurcahyo Utomo, Pelaksana Tugas Ketua Sub Komite Keselamatan Udara KNKT, menjelaskan, ada sejumlah kerusakan sebelum pesawat jatuh ke laut.

Seperti diketahui, pesawat terbang pukul 5.35 WIB.

Pesawat terbang pada ketinggian 32.000 kaki melalui jalur M365.

Pukul 6.01 di ketinggi 32.000 kaki, pesawat mengalami kerusakan sistem rudder travel limitter unit (RTLU).

Pilot berhasil menangani kerusakan ini dan kembali melanjutkan penerbangan.

Namun, kerusakan berulang lagi pada pukul 6.09, 6.13 dan 6.15.

Di kerusakan terakhir, pilot tak berhasil melakukan recovery.

Bahkan sistem auto pilot dan auto thrus tak aktif.

Pada kondisi itu, pesawat tetap melaju dengan kemiringan 2 derajat per detik hingga mencapai kemiringan 54 derajat.

Kemudian, pesawat menukik ke atas hingga 40 derajat dengan kemiringan 40 derajat.

"Ini sudah diluar batas terbang dan pesawat kehilangan daya angkat," terang Nurcahyo.

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved