Berhijab Bukan karena Tren

TRIBUNJAMBI.COM - MESKIPUN belum genap setahun mengenakan hijab, Nadya Pratiwi (24) tahu betul batasan-batasan dalam mengereasikan busananya.
Munculnya tren berjilbab tapi masih berbusana ketat yang menonjolkan lekuk tubuh atau yang dikenal dengan istilah Jilboobs sangat disayangkan dara kelahiran 9 September 1989 ini. Ditegaskan Nadya, menggunakan hijab seharusnya didasari dengan niat bukan karena tren.

"Saya memang berhijab belum setahun. September nanti baru setahun. Tapi saya berhijab bukan karena tren ya. Karena memang sudah niatnya," ungkap mahasiswi Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Jambi ini, Sabtu (9/8).

Dikisahkan Nadya, awal mula ia berhijab karena mengetahui dosa bagi seorang anak perempuan yang tidak menutup aurat yaitu dibebankan pada ayahnya. Begitupun kala menjadi istri. Jika tidak berhijab, maka berdosalah suaminya.

Ia pun berpikir, diusianya yang tidak lagi remaja, mengenakan hijab adalah suatu kewajiban yang tidak bisa dielakannya sebagai wanita muslim.

"Mikirnya sekarang saya bukan anak kecil lagi. Udah gak pantas kemana-mana ga pakai hijab. Sekarang nyamannya memang berhijab," ucapnya.

Buah hati Ahmad Suwandi dan Maria Sugianti ini pun memulai berhijab saat usianya 24 tahun. Ia pertama kali berhijab saat pergi ke kampus.

Diakuinya, banyak temannya yang terkejut karena pada hari sebelumnya ia masih belum berhijab. Namun tentu saja semua temannya itu bersyukur dengan keputusannya berhijab.

Ia berharap bisa tetap istiqomah dengan hijabnya itu.

"Tentunya harus bisa berhijab sebaik mungkin. Hindari yang ketat-ketat dan saya memang nyamannya pakai hijau yang menutupi dada begini. Yang hijabnya tergerai," tandasnya.