Flu Burung
Peternak Ayam Terpaksa Lakukan Penyemprotan Sendiri
TRIBUNJAMBI.COM - Keluhan virus flu burung di Kecamatan Batin XXIV ternyata tidak dirasakan oleh peternak ayam potong
Penulis: Hendri Dunan | Editor: Rahimin
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Hendri Dunan
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BULIAN - Keluhan virus flu burung di Kecamatan Batin XXIV ternyata tidak dirasakan oleh peternak ayam potong di Tebing Tinggi. Mereka juga tidak mengeluhkan persoalan penyemprotan desinfektan dari dinas, karena semua dilakukan sendiri.
Bahtiar, peternak ayam di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Pemayung mengaku sampai saat ini belum ada ternaknya yang mati akibat flu burung. Dirinya mengakui beternak ayam potong dengan pola mitra kepada sebuah perusahaan.
"Sampai saat ini belum ada ayam yang mati karena flu burung. Tapi kalau mati satu dua ekor itu biasalah," ungkap Bahtiar kepada Tribun, Sabtu (12/1).
Untuk mencegah terjangkit virus flu burung, diakuinya dengan cara melakukan penyemprotan rutin ke kandang dan ternak. Sehingga antisipasi dini bisa mencegah penyebaran virus yang ada.
"Ini rutin disemprot sendiri. Karena kita punya obatnya dan alat untuk menyemprot ke kandang. Kalau tidak disemprot, repotlah terus mengharap sama dinas," ujarnya.
Penyedia obat dan peralatan penyemprotan sendiri juga diakuinya telah disiapkan oleh pihak perusahaan yang bermitra. Sehingga dirinya hanya tinggal mengolah dan menyemprotkannya saja. Maka hal itu, dianggap tidak merepotkan.
Demikian pula dengan Dedi, peternak Ayam di Muara Tembesi. Ia melakukan penyemprotan dan pembelian desinfektan sendiri. Namun, bila menemukan penyakit lain, tetap berkoordinasi dengan pihak Dinas peternakan.
"Kalau obat dan penyemprotan dilakukan sendiri. Kedinas dilakukan kalau ada gejala lain yang timbul pada ternak dan tidak bisa ditanggulangi sendiri," katanya.
Dedi mengatakan, memang beberapa waktu lalu, banyak ayam miliknya yang mati. Akan tetapi dirinya belum mengetahui apakah itu disebabkan oleh flu burung atau kejadian biasa. Hanya saja, dari sekian banyak ternaknya hanya beberapa saja yang mati. Itupun tidak setiap hari.
"Biasanya kalau flu burung itu matinya secara sekaligus. Tapi ini masih mati satu persatu. Mungkin sakit biasa," ujar Dedi.
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA BULIAN - Keluhan virus flu burung di Kecamatan Batin XXIV ternyata tidak dirasakan oleh peternak ayam potong di Tebing Tinggi. Mereka juga tidak mengeluhkan persoalan penyemprotan desinfektan dari dinas, karena semua dilakukan sendiri.
Bahtiar, peternak ayam di Desa Tebing Tinggi Kecamatan Pemayung mengaku sampai saat ini belum ada ternaknya yang mati akibat flu burung. Dirinya mengakui beternak ayam potong dengan pola mitra kepada sebuah perusahaan.
"Sampai saat ini belum ada ayam yang mati karena flu burung. Tapi kalau mati satu dua ekor itu biasalah," ungkap Bahtiar kepada Tribun, Sabtu (12/1).
Untuk mencegah terjangkit virus flu burung, diakuinya dengan cara melakukan penyemprotan rutin ke kandang dan ternak. Sehingga antisipasi dini bisa mencegah penyebaran virus yang ada.
"Ini rutin disemprot sendiri. Karena kita punya obatnya dan alat untuk menyemprot ke kandang. Kalau tidak disemprot, repotlah terus mengharap sama dinas," ujarnya.
Penyedia obat dan peralatan penyemprotan sendiri juga diakuinya telah disiapkan oleh pihak perusahaan yang bermitra. Sehingga dirinya hanya tinggal mengolah dan menyemprotkannya saja. Maka hal itu, dianggap tidak merepotkan.
Demikian pula dengan Dedi, peternak Ayam di Muara Tembesi. Ia melakukan penyemprotan dan pembelian desinfektan sendiri. Namun, bila menemukan penyakit lain, tetap berkoordinasi dengan pihak Dinas peternakan.
"Kalau obat dan penyemprotan dilakukan sendiri. Kedinas dilakukan kalau ada gejala lain yang timbul pada ternak dan tidak bisa ditanggulangi sendiri," katanya.
Dedi mengatakan, memang beberapa waktu lalu, banyak ayam miliknya yang mati. Akan tetapi dirinya belum mengetahui apakah itu disebabkan oleh flu burung atau kejadian biasa. Hanya saja, dari sekian banyak ternaknya hanya beberapa saja yang mati. Itupun tidak setiap hari.
"Biasanya kalau flu burung itu matinya secara sekaligus. Tapi ini masih mati satu persatu. Mungkin sakit biasa," ujar Dedi.