Skandal Nazaruddin
Fee Rp 80 Miliar untuk Anas dan Dahlan Iskan
TRIBUNJAMBI.COM - Mantan Bendahara Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin menyatakan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum menerima fee
Editor:
Rahimin
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Mantan Bendahara Partai Demokrat (PD) Muhammad Nazaruddin menyatakan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum menerima fee dari proyek Pembangkit Listrik Negara (PLN) sebesar Rp 80 miliar.
Hal itu diketahui Nazar dari pengakuan seorang pengusaha bernama Mila yang juga mempunyai peran dalam proyek tersebut. Mila melaporkan ke Nazar, bahwa Anas telah menerima fee Rp 80 miliar. Dan fee itu ditujukan untuk Anas dan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan.
"Di BBM, (bilang) Bang, uangnya sudah dipegang sama Mbak Mila, untuk Anas dan Dahlan," ujar Nazar seusai menjalani sidangnya sebagai terdakwa kasus suap proyek Wisma Atlet di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Menurutnya, dirinya bersama rekannya di DPR dari Partai Demokrat di Soetan Batoeghana dan seorang pengusaha bernama Mila dipercayakan oleh Anas untuk mengurus proyek itu. Namun, karena uangnya telah diserahkan ke Anas, Nazar mengaku tidak tahu porsi fee untuk Anas dan Dahlan.
Nazar menjelaskan, dana puluhan miliaran itu adalah fee dari proyek PLN di Kalimantan Timur dan Riau senilai Rp 2,2 triliun pada 2010. Untuk proyek pembangkit listrik di Kaltim dikerjakan oleh PT Adhi Karya dan di Riau oleh PT Rekayasa Industri.
Dalam pengerjaan proyek itu, kedua perusahaan itu bekerja sama dengan perusahaan asal Cina. Namun, pemenangan proyek dilakukan melalui tender yang telah diatur sebelumnya.
"Dan untuk Pak Anas (diberikan) oleh Bu Mila. Ada rekaman BB (BlackBerry) saya," ujarnya.
Nazar menjelaskan, sebelum proyek dimenangkan, ia bersama Soetan Batoeghana, Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan perwakilan PT Adhi Karya melakukan pertemuan di Restoran Nippon Khan, Hotel Sultan, Jakarta, dalam rangka membahas proyek PLN tersebut.
Menurutnya, sekitar dua pekan setelah pertemuan pertama dilaksanakan, dilakukan kembali pertemuan kedua yang juga dihadiri Dahlan Iskan.
"Kalau Dahlan Iskan satu minggu atau dua minggu sebelumnya. Lokasinya di Nippon Khan juga. (Yang hadir) saya , Sutan, Pak Dahlan," ujarnya.
Nazar mengatakan, keikutsertaan Dahlan Iskan di pertemuan itu, karena proyek PLN berhubungan dengannya. "Di PLN, maka pembicaraannya dengan Pak Dahlan," ujarnya.
Hal itu diketahui Nazar dari pengakuan seorang pengusaha bernama Mila yang juga mempunyai peran dalam proyek tersebut. Mila melaporkan ke Nazar, bahwa Anas telah menerima fee Rp 80 miliar. Dan fee itu ditujukan untuk Anas dan Direktur Utama PLN, Dahlan Iskan.
"Di BBM, (bilang) Bang, uangnya sudah dipegang sama Mbak Mila, untuk Anas dan Dahlan," ujar Nazar seusai menjalani sidangnya sebagai terdakwa kasus suap proyek Wisma Atlet di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (18/1/2012).
Menurutnya, dirinya bersama rekannya di DPR dari Partai Demokrat di Soetan Batoeghana dan seorang pengusaha bernama Mila dipercayakan oleh Anas untuk mengurus proyek itu. Namun, karena uangnya telah diserahkan ke Anas, Nazar mengaku tidak tahu porsi fee untuk Anas dan Dahlan.
Nazar menjelaskan, dana puluhan miliaran itu adalah fee dari proyek PLN di Kalimantan Timur dan Riau senilai Rp 2,2 triliun pada 2010. Untuk proyek pembangkit listrik di Kaltim dikerjakan oleh PT Adhi Karya dan di Riau oleh PT Rekayasa Industri.
Dalam pengerjaan proyek itu, kedua perusahaan itu bekerja sama dengan perusahaan asal Cina. Namun, pemenangan proyek dilakukan melalui tender yang telah diatur sebelumnya.
"Dan untuk Pak Anas (diberikan) oleh Bu Mila. Ada rekaman BB (BlackBerry) saya," ujarnya.
Nazar menjelaskan, sebelum proyek dimenangkan, ia bersama Soetan Batoeghana, Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, dan perwakilan PT Adhi Karya melakukan pertemuan di Restoran Nippon Khan, Hotel Sultan, Jakarta, dalam rangka membahas proyek PLN tersebut.
Menurutnya, sekitar dua pekan setelah pertemuan pertama dilaksanakan, dilakukan kembali pertemuan kedua yang juga dihadiri Dahlan Iskan.
"Kalau Dahlan Iskan satu minggu atau dua minggu sebelumnya. Lokasinya di Nippon Khan juga. (Yang hadir) saya , Sutan, Pak Dahlan," ujarnya.
Nazar mengatakan, keikutsertaan Dahlan Iskan di pertemuan itu, karena proyek PLN berhubungan dengannya. "Di PLN, maka pembicaraannya dengan Pak Dahlan," ujarnya.