Kisah Militer
Aksi Kilat Kopassus di Thailand, Datang Disepelekan, Nyatanya Tak Sampai 5 Menit Musuh Terkapar
Kisah Kopassus yang sempat disepelekan saat tiba di luar negeri untuk menumpas para teroris pembajak pesawat Garuda Indonesia
Aksi Kilat Kopassus di Luar Negeri, Dianggap Remeh, Nyatanya Tak Sampai 5 Menit Musuh Terkapar
TRIBUNJAMBI.COM - Kisah Kopassus yang sempat disepelekan saat tiba di luar negeri untuk menumpas para teroris pembajak pesawat Garuda Indonesia.
Korps Baret Merah sempat disepelekan saat hendak melakukan aksi penyergapan terhadap para pembajak, namun mereka kemudian bungkam setelah hanya tiga menit operasi berjalan sukses.
Operasi pembebesan sandera pesawat Garuda Woyla ini pula yang mengantarkan Kopassus menjadi satu diantara pasukan elite dunia.
Bahkan Kopassus dinobatkan sebagai pasukan nomor tiga paling hebat di dunia.
Operasi Woyla, saat personel Kopassandha atau kini bernama Kopassus melumpuhkan para teroris yang menyandera pesawat Garuda Indonesia terjadi tepat hari ini 38 tahun yang lalu.
Kisah melumpuhkan pembajak pesawat ini melambungkan nama Korps Baret Merah di dunia Internasional.
Cerita berawal pada 28 Maret 1981, pesawat DC-9 Woyla milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia dengan 48 penumpang dibajak 5 orang teroris.
Pesawat tersebut dibajak ketika dalam penerbangan dari Bandara Kemayoran menuju Bandara Polonia Medan.
Oleh kelima teroris pesawat sebenarnya akan diterbangkan menuju Lybia.
Baca: CUKUP 3 Menit Kopassus Lumpuhkan Pembajak DC-9, Jenderal Benny Telanjur Siapkan 17 Peti Mati
Baca: Tak Hanya Skill Bertempur, Kopassus Belajar Silat & Debus, Jenderal AS Sebut Ilmu Aneh Mengerikan
Mujur akhirnya pesawat mendarat di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand sehingga militer Indonesia bisa lebih leluasa melaksanakan operasi pembebasan sandera dengan cara mengirimkan pasukan khusus.
Tanggung jawab untuk mengirimkan pasukan khusus diberikan kepada Letkol Sintong Panjaitan yang menjabat sebagai Asisten 2/Operasi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassanda/Kopassus).
Komandan Tim Antiteror dipimpin oleh Letkol Sintong Panjaitan, dan disertai oleh tiga orang perwira menengah yang nantinya memimpin operasi di lapangan yakni, Mayor Sunarto, Mayor Isnoor, dan Mayor Subagyo HS.

Mengingat kasus pembajakan DC-9 Woyla sudah diberitakan secara internasional di seputar Bandara Dong Muang ternyata sudah penuh dengan aparat keamanan Thailand dan wartawan dari berbagai media massa.
Televisi nasional Thailand bahkan menyiarkan perkembangan penyanderaan secara langsung dan kamera televisi terus mengarah ke pesawat DC-9 Woyla yang dijaga ketat tentara Thailand dengan formasi melingkar.
Untuk menghindari tembakan nyasar jika terjadi tembak menembak dengan para pembajak yang bersenjata pistol dan granat tentara Thailand membentuk penjagaan pagar betis sehingga para awak media massa terbatasi gerakannya.