BENNY Moerdani Banting Baret Kopassus, Bikin Sintong Marah Besar: Gegara Membela Sosok Ini
TRIBUNJAMBI - Di kalangan perwira tinggi di zaman Soeharto, Jenderal Benny Moerdani termasuk yang paling
TRIBUNJAMBI - Di kalangan perwira tinggi di zaman Soeharto, Jenderal Benny Moerdani termasuk yang paling disegani pejabat militer lainnya.
Meski demikian, ada sejumlah hal yang membuat orang marah atas tingkah Benny Moerdani.
Sebuah cerita disampaikan oleh mantan Danjen Kopassus, Letnan Jenderal (Purnawirawan) Sintong Panjaitan.
Cerita tersebut terkait mantan Panglima ABRI, Jenderal TNI (Purnawirawan) Benny Moerdani yang melempar baret merah, baret yang menjadi ciri khas Kopassus.
Sintong menyampaikan kisah itu dalam buku 'Sintong Panjaitan Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando', yang ditulis oleh Hendro Subroto.
Baca: Lewat Buku Cerita dapat Ajarkan Anak Bahasa Asing
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1985 silam.
Saat itu, Benny ingin memberikan anugerah gelar Warga Kehormatan Baret Merah kepada Yang Dipertuan Agung Malaysia, Sultan Iskandar.
Sultan Iskandar merupakan Warga Kehormatan Tentara Diraja Malaysia.
Sultan Iskandar juga sangat bersimpati kepada korps baret merah, atau Kopassus.
Alasannya karena pada akhir tahun 1960-an Tentara Diraja Malaysia pernah dilatih oleh prajurit para komando, di Pusat Pendidikan Para Komando di Batujajar, Bandung.
Baca: Unggahan Angela Gilsha Tuai Kritikan, Ringgo Agus Rahman Malah Curhat tentang Pengalaman dengan Bayi
Untuk merealisasikan pemberian anugerah Warga Kerhormatan Baret Merah tersebut, maka pelaksaan tersebut dilaksanakan di Markas Kopasssus yang ada di Cijantung.
Sekitar setengah jam sebelum acara dimulai, Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Komandan Kopassus bertemu dengan Benny Moerdani.
Sintong kemudian memberikan baret merah dari meja kerjanya kepada Benny Moerdani.
"Ini baret merah bapak yang akan bapak pakai dalam upacara nanti," kata Sintong saat itu.
Benny Moerdani pun menerima baret merah itu.
Baca: 4 Hari Nginap di Rumah Janda PS Digerebek Warga, Saat Digedor Lagi Berduaan di Kamar, Lampu Mati