Pilpres 2019
Dukung Prabowo di Pilpres, Politisi Demokrat Ini Ngaku Dibenci Warga di Tanah Kelahirannya Sendiri
Dukung Prabowo di Pilpres, Politisi Demokrat Ini Ngaku Dibenci Warga di Tanah Kelahirannya Sendiri
Dukung Prabowo di Pilpres, Politisi Demokrat Ini Ngaku Dibenci Warga di Tanah Kelahirannya Sendiri
TRIBUNJAMBI.COM - Pengakuan politisi Partai Demokrat usai Pemilu 2019 sangat mengejutkan.
Politisi Partai Demokrat, Jansen Sitindoan mengaku dirinya dibenci di tanah kelahirannya karena memutuskan mendukung calon presiden (capres) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hal ini diungkapkan Jansen saat menjadi narasumber di acara Apa Kabar Indonesia Malam, Sabtu (8/6/2019).
Mulanya, pembawa acara Putri Viola bertanya soal Demokrat yang menjadi koalisi dari Prabowo-Sandi namun kini menjadi perhatian setelah rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) menangkan paslon Joko Widodo (Jokowi-Ma'ruf Amin.
Baca: Bupati Masnah Ajak Masyarakat Jaga Keamanan & Ketertiban Melalui Silaturahmi untuk Saling Memaafkan
Baca: Menikmati Liburan di Pantai Musiman di Kuala Jambi, Tanjung Jabung Timur, dengan Waktu Terbatas
Baca: INALLILAHI Wainailahi Rojiun Ayah Dewi Perssik Meninggal Dunia, Jenazah Dibawa ke Jember
Baca: Bupati Haris Kroscek Absensi Elektrik, ASN Nambah Libur, Siap-siap Dikenakan Sanksi Berlapis
"Apakah betul sudah pisah sudah keluar dari koalisi ini, Koalisi Adil Makmur ini?," tanya Putri.
"Mungkin nanti Bang Ray (Rangkuti) yang bisa secara terang benderang menjelaskan itu, karena istilah keluar itu kan penjelasannya itu agak sulit kalau kita lihat timelinepemilu itu," jawab Jansen.
"Begini karena ujung dari pemilu itu kan tanggal 22 kemarin, tanggal 21 lebih tepatnya karena hasil rapat pleno pileg dan pilpres itu kan diputuskan KPU dini hari itu kan, apakah pasca tanggal 21 itu bangunan koalisi itu sudah selesai atau belum begitu ataukah masih ada kan begitu, mungkin Bang Ray itu sebagai pengamat pemilu bisa menjelaskan itu."
Baca: Tidak Masuk tanpa Keterangan, Diberi Sanksi, Hari Pertama Kerja, ASN Batanghari Bakal Disidak
Namun, saat ini Demokrat dianggap Jansen masih fokus pada proses pemilu yakni megajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
"Tetapi yang pasti begini yang saya pahami itu pemilu itu tidak seperti kita buat pesta, selesai pesta selesai acara panitia itu membuat lagi panitia pembubaran gitu lah, panitia pembubaran koalisi saya belum pernah tahu itu dalam sejarah pemilu kita ada panitia yang khusus dibuat khusus membubarkan koalisi begitu," ujar Jansen.
"Tapi yang kami pahami per saat ini Partai Demokrat juga masih ikut satu lagi tahapan pemilu kita di MK."
Namun, fokus Demokrat lebih condong ke pemilihan legislatif.
Baca: POTONGAN Tangan dan Kepala Masih Dicari, 10 Saksi Diperiksa: Geger Temuan Mayat Mutilasi
"Partai di MK saat ini mengajukan 77 gugatan terkait hasil pileg, artinya per saat ini fokus Demokrat masih di pemilu, tapi di pileg," katanya.
"Nanti teman-teman dari 02 dari BPN juga mengajukan gugatan itu ke Mahkamah Konstitusi butuh saksi dari Demokrat misalnya, misalnya ada tuduhan kecurangan."
"Kalau sekarang kan BPN main di narasi politik atas itu dalam tanda kutip dia bukan politik mikro."
"Kita kan berfikir kemarin klaim kemenangan 62 persen yang kemudian turun jadi 54 persen itu ada katanya profesor Laode yang hadir penghitungan itu akan dihadirkan kan, jadi artinya data-data, angka-angka C1 per TPS, hasil rapat pleno kabupaten kota, kecamatan, provinsi itu yang akan dimunculkan, ini kan tidak kan, yang dimainkan kemarin kan 'korupsi politik' artinya kan isu besar begitu."
"Kalau misalnya nanti teman-teman BPN yang sekarang sedang megajukan gugatan di MK butuh saksi dari Partai Demokrat misalnya, eh kami mengidentifikasi ada kecurangan di Kabupaten Barito misalnya yang tahu itu kader Partai Demokrat, silakan kontak kami."