JIKA Misi Sukses, Keluarga Pembunuh Bayaran Ditanggung: Pimpinan Lembaga Survei Target Pertama
TRIBUNJAMBI.COM - Fakta terkini berhasil diungkap aparat kepolisian terkait dugaan rencana pembunuhan
TRIBUNJAMBI.COM - Fakta terkini berhasil diungkap aparat kepolisian terkait dugaan rencana pembunuhan empat pejabat negara dan seorang pimpinan lembaga survei.
Kelompok pembunuh bayaran diiming-imingi uang tanggungan bagi seluruh anggota keluarganya jika misi tersebut berhasil.
Para eksekutor dalam rencana pembunuhan itu adalah HK alias Iwan (mantan prajurit Kopassus), AZ (desertir TNI AD), TJ (mantan prajurit Marinir TNI AL), dan IR (desertir TNI AD).
"Ada janji juga pokoknya kalau berhasil mengeksekusi satu yang apa namanya empat, tapi satu dulu yang harus dieksekusi, yang lembaga survei itu lho. Kalau misalnya dapat itu, hajar dulu yang lembaga survei, nanti baru dikasih uang dan seluruh keluarganya ditanggung," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (28/5/2019).
Baca: VIDEO: Jelang Lebaran Bandara Sultan Thaha Sepi Penumpang, Rute Jambi-Jakarta Masih Dominan
Baca: Ditodong Ada Sandiaga Uno dan AHY di Daftar Calon Menteri, Jokowi Beri Tanggapan tak Terduga
Dedi mengatakan, saat ini polisi masih mendalami auktor intelektualis dan penyandang dana dari kasus rencana pembunuhan empat pejabat negara dan satu pimpinan lembaga survei.
Keempat pejabat negara yang menjadi target pembunuhan adalah Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Panjaitan, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan, dan Staf Khusus Presiden Bidang Intelijen dan Keamanan Gories Mere.
Baca: UPDATE Pembunuh Bayaran, Anak AF: Ibu Gadai Senjata Rp 25 Juta! Sebut HK alias Iwan Mantan Kopassus
Baca: 4 Pembunuh Bayaran Incar 4 Jenderal: Eks Kopassus Iwan, Eks Marinir Tajudin dan 2 Disersi TNI
"Sudah, nanti akan diungkap. Pak Kadiv (Humas Polri). Nanti akan mengungkapkan semuanya itu. Jadi harus step by step dulu. Biar proses pemeriksaan selesai dulu. Ini kan proses pemeriksaan belum selesai," lanjut dia.
Polisi mengungkap adanya kelompok pihak ketiga yang ingin menciptakan martir dalam aksi menolak hasil pilpres pada 22 Mei 2019 di depan gedung Bawaslu, Jakarta.
Selain itu, kelompok ini juga diduga berniat melakukan upaya pembunuhan terhadap empat pejabat negara dan seorang pemimpin lembaga survei.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Muhammad Iqbal menjelaskan, kronologi upaya pembunuhan ini bermula sejak 1 Oktober 2018.
Baca: Perlu Diingat, Ini 4 Penyakit yang Sering Dialami Pemudik Dalam Perjalanan, Simak Apa Penyebabnya
Saat itu, HK alias Iwan, pemimpin kelompok pembunuh bayaran, mendapat perintah dari seseorang untuk membeli senjata.
HK, yang belakangan disebut mantan prajurit Kopassus, menjalankan perintah dan membeli satu pucuk senjata seharga Rp 50 juta pada 13 Oktober 2018.
Senjata jenis Revolver Taurus kaliber 8 itu dibeli dari Asmaizulfi alias Fifi (AF), istri Mayor Jenderal (Purn) Moerwanto Soeprapto, Ketua Yayasan Citra Handadari Utama (YCHU).
Baca: Syahrini Umumkan Mukenanya Laku 5.000 Set, Ditjen Pajak Langsung Berhitung
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan, HK alias Iwan kemudian menerima uang sebesar Rp 150 juta dari seseorang pada 14 Maret 2019.
HK kemudian membeli senjata lagi. Kali ini, ia beli tiga pucuk senjata dari AD.
HK juga merekerut eksekutor untuk rencana pembunuhan tokoh nasional tersebut. Selain merekrut eksekutor, HK juga berperan sebagai eksekutor.
Ia lantas membagikan senjata-senjata itu kepada rekannya, AZ (desertir TNI AD), TJ (mantan prajurit Marinir TNI AL), dan IR (desertir TNI AD).
Masih tanggal 14 Maret, HK memberikan Rp 25 juta kepada TJ, mantan prajurit Marinir TNI Angkatan Laut (AL).
"TJ diminta membunuh dua tokoh nasional. Saya tak sebutkan di depan publik. Kami TNI Polri sudah paham siapa tokoh nasional tersebut," kata Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Iqbal, pada Selasa (28/5/2019).
Baca: Irish Bella Hamil, Begini Cara Uniknya Bagikan Kabar Kehamilannya kepada Ammar Zoni
HK juga memberi uang sebesar Rp 5 juta kepada IR, disertir TNI Angkatan Darat asal Medan, Sumatera Utara.
Menurut Iqbal, awalnya sosok pemesan cuma memberi target dua orang tokoh nasional untuk dihabisi. Kemudian, pada 12 April 2019, HK kembali mendapat perintah untuk membunuh dua pejabat lagi.
Belakangan, masih medio April 2019, ada lagi order untuk membunuh seorang pemimpin lembaga survei.
Iqbal mengaku sudah mengantongi identitas seseorang yang menyewa jasa atau memerintahkan HK.
"Pihak kepolisian sudah mengetahui identitasnya, (pemberi perintah) untuk membeli senpi. Saya tidak sebutkan di depan publik, TNI dan Polri sudah paham," ujar Iqbal.
Para pembunuh bayaran itu sudah bergerak melakukan survei dan pengintaian di rumah tokoh nasional tersebut. Selain itu, ada pembunuh bayaran yang membuntuti bos lembaga survei yang juga jadi target pembunuhan.
Baca: Sepak Terjang Gories Mere yang Dituding Dalang Penangkapan Abu Bakar Baasyir dan Dr Azhari
Pada aksi demonstrasi 21 Mei 2019, HK terjun dalam aksi massa yang berujung ricuh. Menurut kepolisian, HK membawa senpi yang ia peroleh dari AF saat terjun ke kerumuman massa.

Keberadaan pembunuh bayaran ini akhirnya terendus aparat. Polisi pun melakukan operasi penangkapan terhadap kelompok HK.
HK ditangkap di lobi hotel di kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Selasa 21 Mei 2019 sekira pukul 13.00 WIB
Pada hari yang sama, AZ ditangkap di Terminal 1 C Bandara Soekarno-Hatta sekitar pukul 13.00 WIB.
Tersangka IF ditangkap di kantor sekuriti Perum Peruri di Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada Selasa 21 Mei sekitar pukul 20.00 WIB.

Sedangkan tersangka TJ yang merupakan warga Cibinong, Bogor itu ditangkap di Sentul, Bogor pada Jumat 24 Mei sekira pukul 8.00 WIB.
Polisi kemudian menangkap penyuplai senjata. Tersangka AD yang merupakan warga Koja, ditangkap di Jakarta Utara pada Jumat 24 Mei pagi hari.
Kemudian tersangka AF ditangkap di sebuah bank di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Jumat 24 Mei.
Adapun senjata api yang disita dari kelompok pembunuh bayaran ini adalah satu pistol jenis revolver taurus kaliber 38 dan dua box peluru kaliber 38 berjumlah 39 butir.
Kemudian, satu pistol jenis Major kaliber 52 dan sebuah magazine serta lima butir peluru.
Disita juga sepucuk senpi laras panjang rakitan kaliber 22, dan sepucuk senpi laras pendek rakitan kaliber 22.

Pengakuan Anak AF
Sementara itu, Bayu Putra Harfianto (28), anak Asmaizulfi alias Fifi (AF), buka suara tentang kasus yang menjerat ibunya. Ia membantah ibunya menjual senjata kepada HK alias Iwan, dan terlibat dalam rencana pembunuhan empat pejabat negara.
Ia menegaskan senjata itu digadai sebesar Rp 25 juta kepada HK.
Menurut Bayu, awalnya senjata itu adalah pemberian rekan ayahnya yang cukup lama disimpan di Gedung Cawang Kencana, Jakarta Timur, tempat ayahnya berkantor sebagai ketua yayasan yang memiliki gedung dan juga sempat menjabat Sekjen Depsos.
Saat ayahnya divonis korupsi kasus Gedung Cawang Kencana di Jakarta Timur dan mendekam di LP Sukamiskin sejak 2017, keadaan ekonomi keluarganya menjadi cukup sulit.
Di sisi lain, kata Bayu, ibunya butuh uang untuk mempertahankan Gedung Cawang Kencana yang sedang sengketa dengan Kemensos.
"Karena butuh uang, ibu saya cari pinjaman. Lalu ada namanya Pak Andi. Pak Andi ini teman ibu-ibu di gerakan Gempur yang dipimpin ibu saya. Pak Andi lalu mengenalkan ibu saya ke Pak Iwan yang katanya bisa meminjamkan uang Rp 25 juta," kata Bayu saat ditemui Warta Kota di rumahnya di Komplek Zeni AD, Kelurahan Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (29/5/2019).
Baca: Sosok Mayor Jenderal TNI (purn) Soenarko Diungkap, Ikut Perang di Timor-Timur hingga Perang di Aceh
Setelah berkenalan, kata Bayu, Iwan sempat bertanya ke Andi soal jaminan untuk uang pinjaman itu. "Karena Pak Andi adalah teman ibu, Pak Andi sempat bilang kalau jaminannya badan dia," kata Bayu.
Kemudian, kata Bayu, Iwan menawarkan pinjaman dan meminta senjata suami AF sebagai jaminannya. "Iwan ini kan mantan Kopassus. Dia tahu bapak purnawirawan dan akhirnya bilang ke Andi agar senjata itu sebagai jaminan utang ibu," kata Bayu.
"Akhirnya sepakatlah mereka senjata itu yang digadaikan sebesar Rp 25 juta. Menurut ibu saya, (senjata) diserahkan ke Iwan antara 2017 atau 2018," kata Bayu.

Belakangan, Bayu mengetahui bahwa Iwan alias HK adalah pemimpin kelompok pembunuh bayaran yang mengincar nyawa empat pejabat negara dan seorang pimpinan lembaga survei.
"Intinya ibu saya gak tahu senjata itu mau digunakan untuk apa oleh Iwan. Ibu saya tahunya hanya pinjam uang dan senjata itu jadi jaminannya," imbuhnya.(*)
Artikel ini telah dikompilasi dari Kompas.com dengan judul "Polri Sebut Eksekutor Dijanjikan Uang Tanggungan Keluarga jika Misi Berhasil" dan Wartakotalive dengan judul VIDEO: Anak AF Sebut Senjata Ibunya Hanya Digadai, Bukan Dipasok untuk Membunuh Pejabat Negara