Pilpres 2019
Pelaku Kerusuhan Kelompok Preman Bertato, Segini Bayaran yang Diperoleh, Kapolri Sebut Jumlah Jutaan
Pelaku kerusuhan dan peneyerangan pada aksi demonstrasi Rabu 21 Mei 2019 disinyalir merupakan orang-orang bayaran
Pelaku Kerusuhan Kelompok Preman Bertato, Segini Bayaran yang Diperoleh Jumlah Jutaan
TRIBUNJAMBI.COM - Pelaku kerusuhan dan peneyerangan pada aksi demonstrasi Rabu 21 Mei 2019 disinyalir merupakan orang-orang bayaran.
Demikian disampaikan oleh Menko Polhukam Wiranto, pelaku merupakan sekelompok orang bertato yang dibayar.
Aksi massa yang rusuh pada tengah malam hingga dini hari tadi, Rabu (22/5/2019) dilakukan oleh orang yang berbeda dari aksi di depan Kantor Badan Pengawas Pemilu.
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto mengatakan aksi yang ricuh dilakukan oleh sekelompok orang bertato.
"Yang menyerang itu preman-preman yang dibayar, bertato," ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Rabu.
Preman tersebut menyerang aparat keamanan termasuk asrama-asrama kepolisian yang dihuni oleh keluarga anggota.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian kemudian menjelaskan kronologi aksi yang terjadi kemarin.
Susah Akses Media Sosial Instagram, Facebook, WhatsAppp? Ternyata Shutdown, Wiranto: Cegah Hoaks
PRABOWO Berpeluang Menang Gugatan di MK, Pakar Hukum Sebut Ini Syarat yang Harus Dilakukan Tim
Ulama FPI Turun Tangan Bantu Polisi Halau Massa dari Luar Jakarta yang Buat Rusuh di Flyover Slipi
Menurut Undang-Undang, kegiatan penyampaian pendapat diperbolehkan dengan batas waktu pukul 18.00 WIB di ruang terbuka.
Namun kemarin polisi memberikan diskresi dengan memperbolehkan demonstran untuk buka puasa bersama dan sholat magrib berjamaah.
Setelah itu, demonstran kembali bernegosiasi dengan polisi agar diizinkan untuk sholat isya dan tarawih di depan Kantor Bawaslu.
Polisi kembali memberi izin dengan catatan massa membubarkan diri setelah itu.

"Pukul 21.30 WIB sudah clear sebetulnya. Tetapi anggota tetap stand by di tempat yang sama. Kira-kira pukul 22.30 WIB atau 23.00 WIB, datang sekelompok pemuda sekitar 300-400 orang mendatangi Bawaslu dari arah Tanah Abang dan langsung melempari anggota," ujar Tito.
Tito mengatakan massa tersebut melempari polisi dengan benda berbahaya seperti batu besar, conblock, petasan, dan bahkan bom molotov.
Langkah pertama yang dilakukan polisi untuk merespons tindakan itu adalah defensif bertahan.