Marak Trawl Gandeng, Nelayan di Tanjab Timur Pensiunkan Jaring Ikan Belanak
Maraknya nelayan pendatang yang menggunakan trawl gandeng, membuat banyak nelayan lokal terpaksa pensiunkan jaring mereka.
Penulis: Abdullah Usman | Editor: Teguh Suprayitno
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA SABAK - Maraknya nelayan pendatang yang menggunakan trawl gandeng, membuat banyak nelayan lokal terpaksa pensiunkan jaring mereka.
Jaring belanak yang biasa digunakan nelayan di Kampung laut banyak digantung, sejak hasil tangkapan ikan nelayan menurun.
“Karena kerap zonk ketika melaut bahkan beberapa nelayan sudah pensiunkan jaring trawl mereka sejak puluhan tahun lalu,” ujar Azwan (40) Nelayan Kelurahan Kampung Laut.
Ia menjelasakan, penggunaan jaring belanak itu sifatnya khusus tidak bisa digunakan untuk menjaring ikan lainnya. Ketika ikan belanak susah didapat otomatis jaring tersebut harus pensiun.
“Alasan ikan belanak jadi buruan, selain banyak peminat juga harga jualnya lebih tinggi di pasar. Per kilonya di toke paling tinggi Rp 10 ribu, di lapak pasar bisa Rp 15 ribu bahkan lebih,” jelasnya.
Baca: Penggunaan Trawl Gandeng di Perairan Kampung Laut Masih Jadi Momok Menakutkan Nelayan Lokal
Baca: Hutan Habis Buruan Langka, SAD di Jambi Nyoblos Berharap Hidupnya Bisa Berubah
Baca: Kuota Haji Merangin Bertambah 2 Orang, Kemenag Merangin Beberkan Alasannya
Baca: Pakar Bahasa Tubuh Ungkap Makna Gestur Sandiaga Uno, tangan ke belakang artinya nurut
Baca: VIDEO: Meski Banjir Warga Kota Jambi Tetap Antusias ke TPS untuk Nyoblos
Sebelum marak penggunaan trawl gandeng, sehari nelayan di Kampung Laut bisa dua kali turun menjaring ikan belanak. Dengan tangkapan hitungan pikul. Namun sekarang jangankan untuk dua trip, satu kali turun saja belum tentu bisa dapat ikan belanak.
“Prinsip kita sesama nelayan sama-sama mencari nafkah, terkait tangkapan itu sudah rezeki masing-masing meski dari secara sistem dan cara penggunaan trawl sangat berlebih,” jelasnya.
Meski demikian pihaknya berharap ada tindakan dan solusi dari pemerintah daerah bahkan provinsi. Jika memang penggunaan trwal gandeng merugikan nelayan di Tanjab Timur.