Ketika Kopassus Pernah Jalani Misi yang Dianggap Mustahil oleh Seluruh Angkatan Bersenjata di Dunia
Tapi banyak yang tahu bahwa ternyata tentara nasional kita TNI pernah membuat dunia kagum sekaligus menelan ludah karena tercengang dengan
TRIBUNJAMBI.COM - Kopassus pernah pecundangi 3000 pasukan Kongo dan buat mereka kocar kacir, hanya dengan 30 Prajurit Kopassus.
Tapi banyak yang tahu bahwa ternyata tentara nasional kita TNI pernah membuat dunia kagum sekaligus menelan ludah karena tercengang dengan apa yang mereka lakukan.
Melansir dari Artileri.org, Kopassus sebagai bala tentara utama Indonesia pernah menjalankan misi yang dianggap mustahil oleh seluruh angkatan bersenjata di dunia.
Baca: Manchester United Lagi Melirik Opsi Tukar Lukaku dengan Pemain Liga Italia yang Banyak Masalah
Baca: Tips Cara Melacak Nomor HP dengan Mudah Lewat Internet, 100 Persen Akurat, Bisa Dilakukan Siapa Saja
Baca: Disebut Ada Wanita Artis Inisial CJ Saat Andi Arief Ditangkap di Hotel, Kadiv Humas Berkata Lain
Baca: Penerimaan CPNS 2019 Berlanjut, Kali Ini 2 Provinsi Ini Siap Buka Pendaftaran Calon Pegawai Negeri
Kejadiannya berawal pada tahun 1962 di negara Kongo yang waktu itu sedang bergejolak, TNI kembali diminta oleh United Nations/Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengirim pasukan perdamaian ke Kongo.

Di bawah pimpinan Letjen TNI Kemal Idris pasukan perdamaian indonesia tersebut diberi nama Kontingen Garuda III (Konga III) yang anggotanya diambil dari Batalyon 531 Raiders, satuan-satuan Kodam II Bukit Barisan, Batalyon Kavaleri 7, dan unsur tempur lainnya termasuk Kopassus yang waktu itu masih bernama Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD).
Konga III berangkat dengan pesawat pada bulan Desember 1962 dan akan bertugas di Albertville, Kongo selama delapan bulan di bawah naungan UNOC (United Nations Operation in the Congo).
Daerah yang menjadi medan operasi pasukan Garuda terkenal sangat berbahaya karena di situ terdapat kelompok-kelompok milisi atau pemberontak pimpinan Moises Tsommbe yang berusaha merebut daerah tersebut karena kaya akan sumber daya mineral.
Hubungan interaksi antara pasukan Konga III dengan pasukan perdamaian negara lain terjalin sangat erat, mereka terdiri dari pasukan perdamaian Filipina, India dan bahkan dari Malaysia yang pada tahun 1962 Indonesia sedang gencar-gencarnya menyerukan konfrontasi Ganyang Malaysia dikobarkan, tapi di bawah bendera PBB sikap tersebut hilang karena profesionalitas personel Konga III.
Kontingen pasukan perdamaian India merupakan yang terbesar dan terbanyak jumlahnya di UNOC dan terorganisir dengan baik, sedangkan pasukan Garuda hanya berkekuatan kecil akan tetapi mampu melakukan taktik perang gerilya dengan baik.
Bukan hanya soal perang melulu, Konga III juga mengajarkan masyarakat setempat untuk mengolah berbagai macam tumbuhan yang berada di sekitar mereka untuk dijadikan makanan, seperti cara mengolah daun singkong sehingga enak dimakan.
Baca: Andi Arief Ditangkap Kasus Narkoba, Status Hukumnya Bakal Ditetapkan 3x24 Jam Setelah Diamankan
Baca: Resep Masakan Pancake Havermut Green Tea, Mudah Dibuat dan Menggoda Selera dengan Saus Cokelat
Baca: Jadwal Liga Champion PSG Vs Manchester United, The Red Devil Harus Usaha Keras Babak 16 Besar Leg 2
Baca: VIDEO: Aksi Bocah Viral Tirukan Mohamed Salah, Tendang Bola ke Dalam Lingkaran dan Tepat Sasaran
Suatu hari terjadi serangan mendadak di markas Konga III yang dilakukan oleh para pemberontak yang diperkirakan berkekuatan 2000 orang. Markas Konga III dikepung oleh para pemberontak tersebut.
Tembak menembak terjadi dari jam 24.00 malam hingga dini hari, tidak ada pasukan Garuda yang meninggal pada kejadian itu hanya beberapa luka ringan dan segera ditangani oleh tim medis sedangkan para pemberontak setelah melakukan serangan langsung mundur ke wilayah gurun pasir yang gersang.

Tak mau berdiam diri saja seluruh pasukan perdamaian di Kongo dari semua negara peserta langsung melakukan rapat koordinasi untuk melakukan pengejaran terhadap gerombolan pemberontak, hasilnya dibentuk tim berkekuatan 30 orang yang berasal dari RPKAD/Koppasus untuk melakukan pengejaran hingga ke markas pemberontak sekalipun.
Raut wajah bersemangat tinggi berkobar di tiap-tiap personel prajurit RPKAD yang terpilih untuk melakukan pengejaran, iringan doa dari semua pasukan perdamaian menyertai ke 30 prajurit terpilih karena mereka akan berada di wilayah yang disebut "no man’s land" alias wilayah tak bertuan yang merupakan daerah terlarang bagi pasukan PBB karena di kawasan tersebut pasukan dari india pernah ditembaki sampai habis tak bersisa.