Reaksi Jusuf Kalla Tentang Puisi Neno Warisman. Ini Katanya
Pada awak media, Jusuf Kalla mengatakan bahwa Neno Warisman lebih baik menggunakan metode kampanye yang benar.
TRIBUNJAMBI.COM- Wakil Presiden Jusuf Kalla ikut berkomentar terkait puisi yang dibacakan Neno Warisman saat malam munajat 212 di Monas beberapa waktu lalu.
Jusuf Kalla beraksi atas isi puisi Neno Warisman yang dianggap bukan kampanye.
Jusuf Kalla menilai puisi Munajat 212 yang dibaca Neno Warisman itu bentuk kampanye Pilpres 2019 yang keliru.
Pada awak media, Jusuf Kalla mengatakan bahwa Neno Warisman lebih baik menggunakan metode kampanye yang benar.
Terlebih puisi di Munajat 212 itu berisi kata cukup keras dan menyinggung masalah agama.
"Saya rasa keliru. Ya namanya kampanye, tapi kampanye yang keliru," kata JK.
Baca: Setelah Keluarkan Seri M20, Samsung Bakal Rilis Samsung M30 Catat Tanggal dan Spesifikasi Lengkapnya
Baca: Meski Berbahaya, GPS Masih Di Pasang Di Sepeda Motor, Sering Dilakukan Pengojek Online
Baca: Segini Potensi Kecepatan Jaringan 5G yang Bakal Diterapkan di Indonesia, Perlukah? Bakal Nguras Data
Sebagaimana ramai diberitakan, Neno Warisman dalam acara Munajat 212 membacakan puisi. Dimana bagian akhir dari puisi Neno Warisman menimbulkan berdebatan.
Lebih lanjut, dalam acara bersama seribu kiai muda atau gus se Indonesia itu, JK juga membahas masalah Pemilu yang tinggal menghitung hari.
Menurutnya, Pemilu menjadi ajang demokrasi untuk memilih pemimpin yang terbaik.

"Kita ingin demokrasi yang tidak nepotisme dan tidak korupsi. Sekarang tinggal dua pilihan. Saat saya dengan Pak Jokowi, kita belum pernah bicara masalah bagi-bagi proyek. Secara pribadi nggak pernah. Nggak ada kita bicara sesuatu tanpa rapat. Artinya sangat demokrasi," tegas JK.
JK juga menyinggung anak-anak Jokowi, yang tidak ada bermain proyek pemerintah.
Semua anak-anak Jokowi mandiri, jualan martabak, jual kopi dan juga kualan pisang nugget goreng.
"Beda sama yang dulu, tangani proyek ini itu. Kalau sekarang tidak ada," imbuhnya.
Lebih lanjut, JK mengatakan, ada dua hal yang membuat negara hancur. Yaitu negara yang pemerintahannya otoriter dan yang kedua adalah pemerintahannya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Baca: Ikut Jejak Ayahnya Jadi Penyanyi, Alleia Anata Irham Tunjukkan Pesona Gadis Remaja, Lihat Fotonya
Baca: Hasil Lengkap Liga Jerman Bundesliga Tadi Malam, Bayern Munchen Samakan Poin Borrusia Dortmund
Baca: Gubernur Jambi Buka Gebyar Al-Falah, Fachrori Umar Harapkan Bisa Perkuat Pendidikan Berkarakter
Ia menyontohkan Presiden Suharto, juga pemerintahannya hancur, sama dengan dengan Venezuela, keduanya sama sama otoriter pemerintahannya.