Buzzer Pilpres
Buzzer Dibayar Mahal Oleh Tim Pemenang Capres, Utamakan Facebook Untuk Sebarkan Konten
Dia menjabarkan, pengguna Twitter memiliki kecenderungan lebih memahami konteks, dan biasanya mereka terpelajar
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Andi, seorang buzzer profesional, mengungkapkan, dalam praktiknya, buzzer memainkan semua jenis lini masa media sosial saat beraksi.
Twitter misalnya digunakan untuk membuat konten baru. Sementara untuk penyebaran, menggunakan platform Facebook lebih diutamakan.
"Kalau Pilkada, Twitter masih oke. Tapi ini Pilpres, ya pakai Facebook yang jangkauannya lebih luas," jelas Andi, Buzzer yang sudah berkutat di dunia maya sejak 2011 itu.
Dia menjabarkan, pengguna Twitter memiliki kecenderungan lebih memahami konteks, dan biasanya mereka terpelajar.
Konten baru akan disebar di platform berlogo burung tersebut. Sementara platform Instagram, pengguna adalah anak muda dan kekuatan hashtag (#) memiliki pengaruh signifikan.
Tetapi, buzzer memiliki kesulitan sendiri menyebar info melalui IG, karena harus memakai Meme yang disertakan.
Baca: Tim Pemenangan Capres Bayar Mahal Jasa Buzzer, Diberi Target Membuat Trending Topics
Baca: Menguak Buzzer Hoaks Pilpres, Donatur Bersedia Sumbang Hingga Milyaran, Bagaimana Cara Kerjanya?
Baca: Buzzer Hoaks Pilpres Bergaji Rp 100 Juta, Donatur Bersedia Sumbang Rp 2 Miliar - Berita Eksklusif
"Kalau Facebook kan tidak. Hampir semua masyarakat menengah ke bawah punya Facebook, penyebaran bisa lebih luas dan narasinya bisa lebih lengkap. Jadi, lebih efektif," ungkapnya.
Ada juga Tim Cyber 300 yang dikomandoi Donny. Tim ini justru lebih memilih melakukan penetrasi di grup chatting WhatsApp (WAG).
Menurutnya, hal itu akan lebih personal dibandingkan dengan di media sosial mana pun.
Dia juga menganalisis, durasi orang membuka WhatsApp akan jauh lebih sering ketimbang membuka media sosial yang lain.
Ia tidak memungkiri, masih akan tetap berperang di media sosial guna menyampaikan data dan fakta untuk menangkis serangan dari kubu lain.
"Kalau kami main di WAG ya. Bisa langsung banyak orang yang bisa baca. Untuk menangkis serangan, ya tetap di medsos. Hampir semua media sosial kita pakai kok," katanya.
Baca: Buni Yani Merasa Hidupnya Hancur, Salahkan Buzzer Pendukung Ahok!
Baca: Sah, Jawaban Adik Ahok Fifi Lety Atas Pernikahan BTP dan Puput Nastiti
Rama, bukan nama sebenarnya, koordinator buzzer untuk satu partai politik, mengatakan kegiatannya sebagai buzzer yang dilakukannya sejak dulu tidak sepenuhnya mengarah ke Pilpres.
"Instruksi dari atas, enggak mau kami terlalu fokus ke Pilpres. Kami serang rezim, kami angkat citra partai, menangkan partai di Pileg," kata Rama.
Dengan rekam jejak seperti itu, Rama kemudian dipercaya pimpinan yang mewakili pimpinan parpol untuk mengepalai 20 hingga 25 orang buzzer untuk mengunggah konten medsos buatannya sendiri.