Sejarah Penemuan

Sejarah Bom Molotov, Diambil dari Nama Menteri Hingga Digunakan Dalam Aksi Teror

Bom molotov yang kerap digunakan sebagai aksi teror, adalah senjata yang terbuat dari botol berisi bensin, alkohol, atau cairan mudah terbakar.

Editor:
Dok. Mardani
Rumah pribadi Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera dilempar bom molotov oleh orang tak dikenal pada Kamis (19/7/2018) dini hari. 

TRIBUNJAMBI.COM - Kasus kejahatan dengan menggunakan bom molotov kian marak terjadi. Di awal tahun, kabar mengejutkan terjadi di Rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di Jalan Kalibata Selatan Nomor 42, Jakarta Selatan, dilempar bom molotov.

Lalu sebenarnya, apa yang dimaksud dengan bom molotov dan apa yang membedakan dengan bom lainnya? bom molotov merupakan senjata yang terbuat dari botol berisi bensin, alkohol, atau cairan mudah terbakar lainnya, kemudian ditambah sumbu berupa tali atau kain. Sebelum dilemparkan ke arah sasaran, sumbu dibakar terlebih dahulu.

Dan saat botol pecah setelah dilempar, api akan segera merambat dan menyebar karena penguapan bensin atau alkohol di dalamnya.

Baca: Pramugari Garuda Indonesia Duduk Membeku Ketakutan, Peluru Kopassus Berhamburan Dalam Pesawat

Baca: Belum ada Kejelasan dari Pusat untuk Rekrut P3K, BKPSDM Merangin Tunggu Kebijakan Bupati

Baca: Ternyata Dari Sini Asal Sabu yang akan Diselundupkan Ke Lapas Klas II Jambi, yang Libatkan Sipir

Bom molotov diyakini muncul pertama kali di Perang Saudara Spanyol pada 1930-an. Saat itu, para pejuang Republik melemparkan bahan peledak itu ke tank-tank milik pasukan Nasionalis.

Bahan awal yang digunakan adalah campuran tar, etanol, dan gasolin yang dimasukkan ke dalam botol bir–menciptakan senyawa yang lengket dan mudah terbakar. Potongan kain yang sudah direndam minyak kemudian dimasukkan ke dalam mulut botol agar bertindak sebagai sumbu.

Meski sudah ada sejak Perang Saudara Spanyol, tapi penggunaannya semakin masif di awal Perang Dunia II. Tepatnya ketika pasukan Soviet menyerang Finlandia dalam peristiwa yang kerap disebut "Perang Musim Dingin".

Pada musim dingin 1939, setelah menguasai Polandia, Soviet menginvasi Finlandia. Namun, ketika berita serangan mulai muncul, Menteri Luar Negeri Soviet, Vyacheslav Molotov, membantahnya. Ia mengatakan bahwa Soviet hanya mengirimkan makanan dan minuman ke Finlandia, padahal mereka menjatuhi bom ke negara tersebut.

Baca: Coba Tebak, Minuman Mana yang Paling Cantik Tampilannya ? Jawabanmu Tentukan Kepribadianmu

Baca: Jadwal Debat Pilpres 2019 Putaran Kedua Minggu (17/2), Ini Perbedaan dengan Putaran Sebelumnya

Baca: Korban Tenggelam di Batang Tembesi, Ditemukan 50 Meter dari Tempat Kejadian dan Sudah tak Bernyawa

Warga Finlandia yang tidak terima kemudian mencoba melawan. Mengikuti istilah yang digunakan menteri Molotov, mereka menyebut bahan peledak yang dilemparkan ke arah pasukan Soviet dengan nama "bom Molotov".

Baca Juga : .Feast Rangkum Tragedi Indonesia dalam EP Baru, 'Beberapa Orang Memaafkan'

Perusahaan minuman keras di Finlandia, The Finnish Alko, memproduksi 450.000 bom molotov selama perang. Senjata tersebut terbukti berperan dalam menahan laju serangan Soviet ke ibu kota Finlandia.

Penggunaan bom molotov pun kemudian berkembang ke negara-negara tetangga. Saat muncul isu Nazi akan menyerang Inggris, petugas kerajaan pun dilengkapi dengan bom molotov sebagai bentuk pertahanan.

Baca: Ketua PA 212 Slamet Maarif Ditetapkan Jadi Tersangka Terkait Kasus Dugaan Tindak Pidana Pemilu

Baca: Korban Tenggelam di Batang Tembesi, Ditemukan 50 Meter dari Tempat Kejadian dan Sudah tak Bernyawa

Baca: Ratusan Monyet Turun dari Bukit dan Serbu Pemukiman, Warga Menduga Karena Alasan Ini

Kini, bertahun-tahun setelah Perang Dunia II, bom molotov masih digunakan beberapa pihak untuk menyerang mereka yang dianggap musuh.

Sumber: Hai
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved