Saat Pendekar Sakti Mandraguna Banten Bekingi Kopassus dari Ilmu Hitam di Misi Penyelamatan Sandera

Bahkan ada semboyan TNI 'Bersama Rakyat TNI Kuat' merupakan pesan patriotik yang dipakai hingga kini dalam menjaga dan mengamankan NKRI

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Jakartanews
Ilustrasi Jawara Banten 

TRIBUNJAMBI.COM - Perjuangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam menjalani beberapa misi, terkadang tidak terlepas pula dari bantuan rakyat sipil.

Bahkan ada semboyan TNI 'Bersama Rakyat TNI Kuat' merupakan pesan patriotik yang dipakai hingga kini dalam menjaga dan mengamankan NKRI dari asing dan kelompok jahat lainnya.

Seperti cerita satu ini yang dikutip TribunJambi.com dari seorang penulis bernama Ian Douglas Wilson.

Kala itu sebuah misi penyelamatan dibebankan oleh TNI baret hijau dan pasukan khususnya yang berbaret merah, yaitu Kopassus dalam menyelamatkan sandera.

Siapa sangka, di antara sepasukan berbaret hijau dan pasukan khusus berbaret merah itu, terdapat tiga orang sipil menjadi ujung tombak operasi pembebasan sandera di Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Mereka, H Tubagus Zaini, Tubagus Yuhyi Andawi, dan Sayid Ubaydillah Al-Mahdaly merupakan jawara asal Banten.

Baca: Dikira Sampah, Pemulung Temukan Mayat Pria dalam Drum Biru yang Dilakban dan Tertutup Rapat

Baca: Hebatnya Tentara Gurkha Ini, Sendirian Hadapi 12 Taliban dan Lolos dari Kepungan

Baca: Enam Desa di Tanjab Timur Jadi Pilot Project, Pipa dan Saluran Air Bersih Dipasang ke Rumah

Ketiga jawara pemilik ilmu adikodrati tersebut, dianggap berguna untuk menghalau serangan ilmu hitam pihak musuh.

Ilustrasi Jawara Banten (Jakartanews)
Ilustrasi Jawara Banten (Jakartanews) 

“Waktu itu kami diminta membantu. Tugas kami memberikan perlindungan spiritual para anggota pasukan. Termasuk menangkal illmu gaib yang mungkin dipakai para penyandera,” ungkap Sayid Ubaydillah, seturut dikutip Kompas, 9 November 1998.

TNI, termasuk Kopassus kala itu memang kesulitan menerabas lokasi penculikan di rimba belantara Mapenduma lantaran tak memiliki peta daerah.

Prajurit Kopassus (net)
Prajurit Kopassus (net) 

Selain menghalau ilmu gaib musuh, tiga pendekar tersebut dianggap perlu terlibat operasi pembebasan sandera penuh bahaya, karena memiliki ilmu kanuragan, dapat melihat, mengendus, dan meraba bahaya tanpa pancaindera sanggup melakukannya.

Saat operasi Timor-Timur pada 1988-1989, Prabowo sebagai komandan Batalyon 328, menurut Douglas Wilson, telah aktif memperkenalkan SMI kepada para pemuda lokal.

Seorang instruktur senior SMI bercerita pernah ada pelatihan anggota SMI di Timor-Timur.

Pada tahun 1993, lanjut Douglas Wilson, instruktur-instruktur SMI telah melatih para anggota Grup III Kopassus di Batujajar, Bandung.

Lantas dua tahun melatih Korps Marinir, Korps Brigade Mobil (Brimob), Paskhas AU, dan Batalyon 321, 315, 328, dan 330 Kostrad.

Baca: Ajak Hidup Sehat, Mahasiswa Kukerta STIT Sarolangun Rutin Gelar Senam Bersama Anak-anak

Baca: Video Live Streaming MotoGP Valencia 2018, Link Live Trans 7 dan TV Online Untuk Nonton di HP

Prabowo menganggap pencak silat merupakan antara sipil dan kehidupan militer.

Atraksi debus anggota Kopassus
Atraksi debus anggota Kopassus

“Pendidikan Pencak Silat dapat menjadi aspek penting memperkenalkan pertahanan negara Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta (Sishankamrata). Melalui Pencak Silat, kita dapat membuat masyarakat bersiap menjadi pertahanan negara dan Sishankamrata,” ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved