Curhat Pemilik Pangkalan Gas LPG Bersubsidi, Diancam karena Tolak Pelansir dari Luar Wilayah
Untuk mengatasi kelangkaan, kata Syafirwan, pihaknya sudah menerapkan aturan penggunaan Kartu Keluarga (KK).
Penulis: Darwin Sijabat | Editor: Duanto AS
Laporan Wartawan Tribunjambi.com, Darwin Sijabat
TRIBUNJAMBI.COM, KUALA TUNGKAL- Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tanjab Barat mewanti-wanti masyarakat yang tidak berhak menggunakan elpiji bersubsidi supaya tidak ikut mengantre.
"Gas elpiji 3 Kg bersubsidi itukan ada peruntukkannya. Kita minta masyarakat yang tergolong mampu, kaya tidak usahlah ikut-ikutan antre. Sehingga tidak terjadi kelangkaan elpiji 3 Kg di masyarakat," kata Syafriwan, Kepala Diskoperindag Kabupaten Tanjab Barat, Jumat (9/11)
Untuk mengatasi kelangkaan, kata Syafirwan, pihaknya sudah menerapkan aturan penggunaan Kartu Keluarga (KK). Pembeli elpiji bersubsidi musti menunjukan KK sebagai bukti warga sekitar pangkalan elpiji.
"Tujuannya supaya yang mendapatkan elpiji bersubsidi benar-benar warga yang berhak menerimanya," jelasnya.
Baca: Koperindag Minta Orang Mampu Tidak Pakai Gas Elpiji 3 Kg
Baca: Bukan Cuma Diskon, Perhiasan Natal Juga Sudah Ada di Ramayana
Baca: FOTO-FOTO Penampakan Rumah di Lebak Bandung yang Digerebek, Tim Mabes Polri Turun ke Jambi
Pemilik pangkalan elpiji, Mustanir Busro, mengatakan pernah diprotes warga.
Dia mendapat protes lantaran menolak memenuhi permintaan pembeli yang merupakan pelansir berasal dari luar wilayah yang berhak menerima elpiji melon bersubsidi.
"Dia ngancam akan melaporkan saya, karena saya tolak dia maksa beli elpiji. Saya bilang elpiji ini untuk warga sekitar sini yang lebih saya utamakan," kata Mustanir yang akrab dipanggil Pakde Tanir itu.
Kendati demikian, kata Pakde Tanir, jika sudah terpenuhi untuk kebutuhan warga di tiga RT yang dipegangnya, barulah kemudian dijual ke warga yang berdatangan dari RT yang berbeda di Jalan Siswa Ujung, Kelurahan Patunas, Tungkal Ilir, Tanjab Barat.

"Kadang saya tidak tega juga kalau ada yang datang dari jauh minta dikasih beli gas tempat saya. Ya terpaksa saya kasih. Tapi pembeli ada yang bisa ngerti ada juga yang ngotot maksa," ungkap Pakde Tanir.
Seperti kejadian yang pernah dialaminya belum lama ini, pangkalannya kebagian 250 tabung elpiji melon.
Pangkalan elpiji miliknya diserbu pembeli, dalam hitungan beberapa menit 200 tabung elpiji ludes.
Hingga akhirnya dia terpaksa menyetop penjualan, dan menyisakan 50 tabung elpiji 3 kg itu untuk cadangan bagi warga sekitar.
Baca: Pasca Banjir, Warga Pagar Puding Lamo, Terserang Diare dan Kesulitan Air Bersih
Namun tindakan itu mendapat protes keras dari salah satu pembeli yang bukan merupakan warga setempat dan hari itu tidak kebagian jatah gas elpiji.
"Gas ini kan masuknya seminggu sekali, jadi saya cadangkan untuk warga sekitar sesuai daftar warga yang ada di buku saya. Mana tau ada yang selama seminggu ini ada yang mendadak putus tabung elpijinya habis untuk masak," ujar pakde.

"Iya, inikan jatah untuk warga sini. Kalau kami lagi butuh dan mendadak putus gimana kalau gak ada di pangkalan terdekat. Kalau beli di toko lansir kan mahal sampai Rp 30 ribu harganya," ujar Sias, warga Jalan Siswa Ujung, sambil menenteng tabung gas melon bersubsidi. (*)