Peternak Prediksi Harga Telur Bisa Meroket Jadi Rp 40.000, Penyebabnya
Forum Peternak Layer Nasional (PLN) memprediksi, harga telur ayam bisa melonjak menjadi Rp 40.000
TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Forum Peternak Layer Nasional (PLN) memprediksi, harga telur ayam bisa melonjak menjadi Rp 40.000 pada akhir Desember.
Penyebabnya, ada afkir dini oleh peternak layer sejak September lalu.
Baca: BREAKING NEWS: Gempa Magnitudo 6,4 di Situbondo, BMKG Sebut Tak Berpotensi Tsunami
Forum PLN menghitung, beban pakan yang tinggi membuat bisnis petelur tidak menguntungkan.
Presiden Forum Peternak Layer Nasional (PLN) Ki Musbar Mesdi menyampaikan, pihaknya telah menginstruksikan afkir dini sejak awal September sebanyak 15% produksi kepada 68.000 anggota peternaknya yang memiliki total 220 juta ekor petelur.
"Saya sudah perintahkan sejak awal September, karena harga sudah jatuh sekali Rp 15.000 - Rp 16.000 per kilogram di tingkat farm. Kalau jual di masyarakat Rp 23.000 - Rp 24.000 sekilo," kata Musbar, Rabu (10/10).
Apalagi dalam perhitungan Musbar, biaya pokok produksi telur sebenarnya mencapai Rp 21.000 per kilogram, sehingga harga di tingkat peternak menyebabkan rugi berlipat.
Baca: Rumah Makan di Palu Ini Sudah Buka Sejak H+5 Bencana, Omzetnya Capai Rp 30 Juta Per Hari
Kondisi ini menurut Musbar disebabkan oleh naiknya harga pakan yang disebabkan minimnya stok jagung yang jadi komponen utama pakan ternak.
Sejatinya jagung bisa diganti dengan gandum, namun akan menyebabkan warna telur menjadi lebih pucat dan umumnya tidak direspon baik oleh masyarakat.
Adapun harga pakan menurut Musbar telah mencapai Rp 5.700 - Rp 6.200 per kilogram padahal biasanya Rp 4.700 per kilo.
Baca: Yusril Ihza Mahendra Minta Amien Rais Tak Buat Gaduh, Kalau Punya Bukti Kasus Korupsi Serahkan KPK
Sedangkan harga jagung sudah merangkak jadi Rp 5.300 per kilo sehingga peternak kecil tidak sanggup membelinya.
Maka putusan afkir dikeluarkan untuk menekan beban biaya peternak telur yang harus membayar beban operasional membiakkan ayam petelur, padahal harga telur di pasar tidak bersaing.
"Sampai akhir Oktober kita bisa kehilangan suplai telur 20%," lanjutnya.
Sumber : Kontan