Kisah Saat BJ Habibie dan Prabowo Bersitegang dengan Bahasa Inggris, "Presiden apa Anda? Anda Naif!"

Banyak keputusan besar yang mengejutkan saat Bacharuddin Jusuf Habibie menjabat jadi Presiden RI.

Editor: Andreas Eko Prasetyo
Kolase/Ist
BJ Habibie dan Prabowo Subianto 

TRIBUNJAMBI.COM - Banyak keputusan besar yang mengejutkan saat Bacharuddin Jusuf Habibie menjabat jadi Presiden RI.

Ya, BJ Habibie membuat keputusan besar dengan mencopot Letjen Prabowo Subianto dari jabatan Panglima Kostrad pada 23 Mei 1998, sehari setelah dilantik menjadi presiden.

Keputusan besar itu diambil Habibie setelah mendengar laporan Panglima ABRI Jenderal Wiranto mengenai pergerakan pasukan Kostrad secara besar-besaran dari luar kota menuju Jakarta.

Baca: Indonesia Salip Iran, Berikut Klasemen Perolehan Medali Asian Games 2018 Hingga Senin (27/8) Siang

Baca: Kisah Nyata Seorang Pensiunan TNI AL Berani Tampar Prabowo Subianto Depan Orang Banyak

Selain itu, sebagian di antara pasukan itu disebut telah "mengepung" kediaman Habibie di Kuningan dan Istana Kepresidenan.

Setelah memutuskan pencopotan Prabowo yang digantikan sementara oleh Letjen Johny Lumintang, Habibie mendapat laporan bahwa Prabowo ingin bertemu.

Habibie mengaku menyimpan kekhawatiran saat menantu presiden kedua RI Soeharto itu ingin bertemu.

"Bagaimana sikap dan tanggapan Pak Harto mengenai kebijakan saya menghentikan Prabowo dari jabatannya sebagai Pangkostrad? Apakah Beliau tersinggung dan menugaskan menantunya untuk bertemu saya," tulis Habibie dalam buku Detik-detik yang Menentukan.

Jalan Panjang Indonesia Menuju Demokrasi (2006). Hal lain yang mengganggu pikiran Habibie adalah jika Prabowo membawa senjata.

Menurut peraturan, siapa pun yang menghadap Presiden memang tidak diizinkan membawa senjata.

"Tentunya itu berlaku untuk Panglima Kostrad. Namun bagaimana halnya dengan menantu Pak Harto? Apakah Prabowo juga akan diperiksa? Apakah pengawal itu berani?" tulis Habibie.

Habibie juga berpikir, bisa saja dia menolak Prabowo. Namun, Prabowo tetap dianggap perlu didengar pendapatnya.

Sebab, dialog dianggap Habibie sebagai proses untuk saling mengerti dan memahami.

Pertemuan pun dilakukan pada 23 Mei 1998. Habibie mengungkap bahwa obrolan mereka dilakukan dalam bahasa Inggris, sebagaimana biasa ketika mereka bertemu.

Baca: Lagi, DPO Kejaksaan Ditangkap, Ini DPO Kejati Jambi dan Jajarannya yang Belum Tertangkap

Baca: Hal Mengerikan Terjadi Usai Pulangnya Soeharto dari Mesir di Kala Negara sedang Darurat

Baca: Penggemar Lee Min Ho yang Keramatkan Rok, Ini Sosok Aprilia Manganang Andalan Voli Putri Indonesia

Dialog itu pun berlangung cukup panas. "Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto. Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad," demikian ucapan Prabowo, seperti yang diungkap Habibie.

Habibie pun menjawab bahwa dia tidak memecat Prabowo, melainkan mengganti jabatannya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved