Ambang Hidup dan Mati, Ini yang Terjadi Ketika Orang Mengalami Mati Suri

Berdiri di ambang kehidupan dan kematian merupakan suatu pengalaman yang tidak ada duanya bagi seseorang.

Editor: Suci Rahayu PK
Ilustrasi Mati Suri 

TRIBUNJAMBI.COM - Tidak semua orang dapat mengalami mati suri.

Berdiri di ambang kehidupan dan kematian merupakan suatu pengalaman yang tidak ada duanya bagi seseorang.

Baca: Diambil Dari Pasukan Elit Kopassus, Denjaka, Den Bravo, Ini Tugas dan Keistimewaan 4 Grup Paspampres

Seringkali, mati suri berkiatan dengan perasaan damai, cahaya terang, dan jiwa yang terputus dari raga.

Sebuah studi baru mengenai kronologi mati suri mengungkapkan bahwa tidak semua orang mengalami urutan langkah yang sama, yang dapat membantu menyingkirkan hubungan kompleks antara neurologi dan budaya di ambang hidupnya.

Studi yang dilakukan oleh peneliti Belgia ini didasarkan pada 154 tanggapan survei responden dan narasi yang dikumpulkan melalui International Association for Near-Death Studies and the Coma Science Group.

Responden dipilih menggunakan skala Greyson NDE, sebuah metrik yang dikembangkan oleh Bruce Greyson—psikolog AS.

IntraMind/Getty Images/iStockphoto
IntraMind/Getty Images/iStockphoto ()

Skala ini dirancang untuk memberikan struktur dan konsistensi dalam mengevaluasi pengalaman yang diingat oleh pasien saat mengalami perhentian jantung.

Istilah Near Death Experience (NDE) atau mati suri muncul pada tahun 1975 ketika psikolog bernama Raymond Moody menggunakannya untuk menggambarkan apa yang disebut dengan "menengok dunia lain".

Kini, cerita mati suri hampir bersifat klise. Cahaya terang, terowongan, dan emosi positif sudah menjadi hal yang biasa didengar mengenai pengalaman mati suri.

Baca: Christopher Rungkat dan Aldila Sutjiadi Ganda Campuran Tenis Indonesia Raih Emas Asian Games 2018

Baca: 4 Tahun Menikah, Pasutri Ini Tak Tahu Cara Berhubungan Intim

Tahapan ini pun dianggap sebagai gambaran singkat dari kehidupan setelah kematian.

Mempelajari fenomena ini begitu menarik sekaligus rumit.

Hal itu disebabkan karena sulitnya memisahkan bias budaya dari proses neurologis dan tantangan etika dalam mencatat data fisiologis pada saat kritis.

Yang lebih buruk lagi, bidang penelitian ini nyaris berkaitan dengan penelitian "abal-abal" yang sering muncul.

Sehingga, sulit untuk mengetahui di mana kinerja otak akan berakhir dan pseudosains — tipuan yang dianggap ilmiah — dimulai.

Dari keseluruhan studi mengenai mati suri, sekitar 4-15% penduduk dunia telah mengalami pengalaman tersebut.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved