Barang Mewah dan Uangnya Disita, OC Kaligis Bersitegang Dengan Petugas Lapas

Mantan pengacara senior OC Kaligis sempat bersitegang dengan petugas lapas ketika sejumlah barang mewah dan

Editor: rida
Ambaranie Nadia Kemala Movanita/KOMPAS.com
Otto Cornelis Kaligis saat menghadiri sidang perdana di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (27/8/2015). 

TRIBUNJAMBI.COM- Mantan pengacara senior OC Kaligis sempat bersitegang dengan petugas lapas ketika sejumlah barang mewah dan uang yang ditemukan di selnya akan disita.

Dilansir TribunWow.com dari tayangan Mata Najwa, Rabu (25/7/2018), barang-barang tersebut terdiri dari dompet yang berisi sejumlah kartu dan uang tunai, laptop, TV layar datar hingga printer.

Ruangan OC Kaligis tampak sedikit kaget dengan adanya sidak tersebut.

OC Kaligis juga mengungkapkan jika TV layar datar yang ada di selnya sudah ada sejak dulu, ia pun tidak tahu aturan yang melarang adanya TV di dalam sel.

Baca: Geger Polwan Gantung Diri di Tangga Rumah, Suami Langsung Teriak

Baca: SBY dan Prabowo Bertemu, Fahri Hamzah Bilang Berat Bagi Jokowi Untuk Menang Pilpres 2019

Baca: Suryo Prabowo Menyangkal Jika Lapangan Banteng Adalah Hasil Karya Ahok

Ia juga mengaku tidak tahu ada Operasi Tangkap Tangan yang melibatkan Kalapas Sukamiskin.

OC Kaligis menolak ketika uang dan barang-barangnya disita.

Menurutnya, uang tersebut adalah untuk membeli obat.

Sedangkan barang-barang elektroniknya adalah sebagai penunjang aktivitas menulisnya.

"Silahkan dilihat (isi laptop) tapi kalau diambil saya tidak boleh, saya nulis gimana pak? Saya mati nanti, Sejak di sel Guntur saya sudah bawa laptop. Pengadilan sudah tahu," protes OC Kaligis.

Meski demikian, petugas tetap melakukan penyitaan terhadap barang-barang OC Kaligis.

• Sel Setnov dan Nazaruddin di Lapas Sukamiskin Sempit dan Kumuh, Najwa Shihab Ungkap Hal Berbeda

Menanggapi hal tersebut, Menteri Hukum dan HAM mengaku dilema.

Menurutnya, barang seperti tablet tidak boleh ada di dalam sel tahanan.

"Tapi buat seorang penulis, pemikir, Bung Karno dulu itu dipenjara itu nulis, itu pakai bolpoin, kemudian pakai mesin tik, yang dihilangkan itu kebebasannya. Tapi untuk kebebasan berfikir, berkreasi, kreatifitas tidak boleh terbatas," ungkapnya.

Yasona pun menyebut jika yang tidak bisa dilakukan adalah mendapatkan fasilitas keluar, seperti menikmati jaringan internet atau WiFi.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved