Cultural Visit 2018

Harmoni Pluralisme Dalam Keringat Owi-Butet

Ribuan kali kata ‘Indonesia’ menggema di Istora Senayan Jakarta, yang langsung disambut bunyi balon tepuk yang membahana.

Penulis: Suang Sitanggang | Editor: Fifi Suryani
TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG
MERIAH - Sambutan meriah atas kemenangan Kevin-Marcus di final ganda putra Blibli Indonesia Open 2018, di Istora Senayan, Minggu (8/7). TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG 

TRIBUNJAMBI.COM - Ribuan kali kata ‘Indonesia’ menggema di Istora Senayan Jakarta, yang langsung disambut bunyi balon tepuk yang membahana. Ribuan orang menepukkan balon berbahan plastik tahan benturan itu. Tepukan serentak yang membahana ini menjelma menjadi ‘teror’ bagi para musuh Indonesia, di final turnamen bulutangkis internasional, Blibli Indonesia Open 2018, Minggu (8/7).

Sekitar seratus orang berkaos putih duduk di bangku VIP. Mereka menjadi penonton pertama yang masuk ke Istora Senaya, yang kini telah bernama Blibli Arena. Mereka bisa dikatakan jadi tamu khusus, berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk dari Provinsi Jambi. Mereka adalah peserta Cultural Visit (Culvis) Media Gathering 2018, yang dilaksanakan PT Djarum.

Mayoritas penonton yang datang ke acara menggunakan ikat kepala berwarna merah dan putih. Ada juga yang mengingatkannya di lengan, di leher, dan di bagian tubuh yang disukai. Ratusan orang memilih menghias wajahnya pakai riasan motif merah putih. Mereka sangat bersemangat.

TEGANG - Ketegangan di wajah pendukung saat pemain Indonesia bermain di final Blibli Indonesia Open 2018, di Istora Senayan, Minggu (8/7). TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG
TEGANG - Ketegangan di wajah pendukung saat pemain Indonesia bermain di final Blibli Indonesia Open 2018, di Istora Senayan, Minggu (8/7). TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG (TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG)

Di turnamen ini, Indonesia berhasil menempatkan atlet di final pada ganda campuran dan ganda putra. Pertandingan ganda campuran dan ganda putra merupakan pertandingan partai keempat dan kelima. Pertama dimainkan tunggal putri.

Tungal putri Taiwan, Tai Tzu Ying, yang berstatus pemain nomor satu dunia, berhasil meraih juara, setelah bermain tiga gim untuk bisa mengandaskan pemain China, Chen Yufei. Pada pertandingan kedua, yakni ganda putri, terjadi derbi Jepang.

Pertandingan ketiga, tunggal putra Jepang Kento Mamoto berhasil mengandaskan Viktor Axelsen dari Denmark. Kento Mamoto merupakan pemain yang pernah dihukum dua tahun tak bisa ikut turnamen karena ketahuan bermain judi. Walau lama absen, dia tetap bisa menunjukkan diri sebagai pemain yang akan jadi monster bagi pemain lainnya. Semangatnya sangat luar biasa.

Pada partai keempat, pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi/Liliyana, bertemu Malaysia, Chan Peng Soon/Goh Liu Ying. Ini menjadi ulangan partai final Olimpiade Rio de Janeiro 2016.

Suasana di arena semakin bergemuruh. Supporter yang telah membayar ratusan ribu rupiah agar bisa jadi saksi hidup partai final di turnamen bergengsi di dunia ini tak pernah lelah meneriakkan ‘Indonesia’ dan ‘Owi-Butet’. Semua menunjukkan rasa cintanya untuk Indonesia. Teriakan yang membahana menjadi teror tersendiri bagi lawan Owi-Butet.

JUARA - Tantowi Ahmad membawa serta anaknya ke lapangan, usai berjuang keras bersama Liliana Natsir mengandaskan ganda Malaysia, di final Blibli Indonesia Open 2018, Minggu (8/7). TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG
JUARA - Tantowi Ahmad membawa serta anaknya ke lapangan, usai berjuang keras bersama Liliana Natsir mengandaskan ganda Malaysia, di final Blibli Indonesia Open 2018, Minggu (8/7). TRIBUNJAMBI/SUANG SITANGGANG (TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG)

Semua senang, semua bahagia, termasuk peserta Cultural Visit Media Gathering 2018. Semua meluapkan kegembiraan dengan cara masing-masing, melihat ganda campuran akhirnya berdiri di podium tertinggi di turnamen ini. Tepukan balon bagai tak pernah berhenti selama Owi-Butet bertanding, demikian juga saat menerima medali dan penghargaan lainnya di podium.

“Kalian sungguh luar biasa,” kata Liliana Natsir, atau biasa dipanggil Butet, mengungkapkan rasa bangga dan kagum pada supporter yang mendukung di pertandingan bertempo 38 menit itu.

Kemenangan ini juga membuat Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil mematahkan mitos di Istora Senayan. Tujuh kali mereka gagal menjuarai Indonesia Open di Istora, tapi untuk kali ini, setelah renovasi Istora, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir sukses mematahkan catatan buruk itu.

"Kemungkinan ini terakhir kali saya tanding di Indonesia Open. Kami senang meraih gelar, mitos Istora angker buat Owi/Butet sudah dibayar lunas," ujar Liliyana. Dia sudah berencana pensiun di tahun ini sehingga tidak akan mengikuti ajang ini lagi tahun depan. Cerita manis ditorehkannya di akhir cerita keikutsertaannya di Indonesia Open 2018.

Owi-Butet memang ganda campuran bulutangkis Indonesia yang cukup membanggakan. Duet ini sukses membuat rakyat Indonesia terharus berurai air mata usai meraih emas di Olimpiade Rio 2016. Bukan cuma cerita prestasi mereka yang menjadi kenangan indah, tapi juga persahabatan dan kecintaan mereka untuk Indonesia.

Owi dan Butet adalah perpaduan yang begitu indah, Mereka telah mewakili harmoni pluralisme di Indonesia. Mereka berbeda suku, etnis, agama, dan mungkin juga pandangan politik, tapi itu bukan menjadi penghalang mereka untuk menunjukkan kebersamaan demi Indonesia. Kerja sama dalam perbedaan itu telah menunjukkan bahwa pluralisme di Indonesia adalah keindahan nyata.

Owi/Butet merupakan atlet binaan PB Djarum. Mereka juga menjadi inspirasi bagi alet binaan PB Djarum yang kini dibina di Kudus dan Jakarta.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved