FOTO: Ini Proses Menulis Kreatif Ala Muhammad Subhan, Simak Baik-baik Ya

Wanita Penulis Indonesia (WPI) Jambi dan Dewan Kesenian Jambi (DKJ) melangsungkan Bincang Proses Penulisan

Penulis: Mareza Sutan AJ | Editor: Nani Rachmaini
tribunjambi/mareza sutan aj
Wanita Penulis Indonesia (WPI) Jambi dan Dewan Kesenian Jambi (DKJ) melangsungkan Bincang Proses Penulisan Kreatif dan Baca Puisi. Acara ini bertempat di Tempoa Art Gallery, Sabtu (31/3/18). Dalam acara ini hadir sebagai narasumber, EM Yogiswara, Iriani R Tandi, dan Muhammad Subhan. 

Laporan wartawan Tribun Jambi, Mareza Sutan A J

TRIBUNJAMBI.COM, JAMBI - Wanita Penulis Indonesia (WPI) Jambi dan Dewan Kesenian Jambi (DKJ) melangsungkan Bincang Proses Penulisan Kreatif dan Baca Puisi. Acara ini bertempat di Tempoa Art Gallery, Sabtu (31/3/18).

Dalam acara ini hadir sebagai narasumber, EM Yogiswara, Iriani R Tandi, dan Muhammad Subhan.
Muhammad Subhan, satu di antara narasumber adalah seorang novelis, penulis, yang juga telah ikut menjadi penulis Emerging Ubud Writer & Reader Festival (UWRF) 2017.

Wanita Penulis Indonesia (WPI) Jambi dan Dewan Kesenian Jambi (DKJ) melangsungkan Bincang Proses Penulisan Kreatif dan Baca Puisi. Acara ini bertempat di Tempoa Art Gallery, Sabtu (31/3/18). Dalam acara ini hadir sebagai narasumber, EM Yogiswara, Iriani R Tandi, dan Muhammad Subhan.
Wanita Penulis Indonesia (WPI) Jambi dan Dewan Kesenian Jambi (DKJ) melangsungkan Bincang Proses Penulisan Kreatif dan Baca Puisi. Acara ini bertempat di Tempoa Art Gallery, Sabtu (31/3/18). Dalam acara ini hadir sebagai narasumber, EM Yogiswara, Iriani R Tandi, dan Muhammad Subhan. (tribunjambi/mareza sutan aj)

Dia menceritakan proses kreatifnya dalam menulis. Menurutnya, menulis bisa dimulai dari hal-hal sederhana.

Dia pun berbagi kisah bagaimana dulu dia mulai suka menulis. Mulai dari masa kecil, kehilangan orang yang disayang, hingga menerbitkan karya pertama di sebuah media cetak.

Novel pertamanya, 'Rinai Kabut Singgalang' menjadi kebanggaan tersendiri saat itu. Novel itu menceritakan kehidupan di kaki gunung di Sumatera Barat.

Kemudian, novel keduanya, 'Rumah di Tengah Sawah' akhirnya berhasil membawanya ke UWRF pada 2017 lalu.

Menurutnya, butuh proses panjang untuk menghasilkan karya yang bagus.

"Ujian dan kritikan yang membangun akan memotivasi. Sehingga nanti semangat itu bisa makin menjadi-jadi," katanya.

Dia juga bilang, menulis bisa menjadi alternatif pekerjaan. Jika dilatih, bisa menghasilkan.

Selain itu, dia juga bilang, dalam sastra tidak ada penafsiran tunggal. Para penikmat sastra dapat menafsirkan sebuah karya sastra dengan cara mereka masing-masing.

"Begitu indahnya sastra bagi saya," ujarnya.

Dalam proses kreatifnya, dia menceritakan ada beberapa hal yang dapat membantu tulisan menjadi lebih baik. Satu di antaranya adalah proses editing.

Dalam proses editing, ada beberapa cara. Namun, Subhan membagikan cara editingnya.

"Tulisan itu di-print, nanti dilingkari, lingkari, lingkari. Berulang-ulang, sampai nanti kita yakin tidak ada salah lagi," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved