Misteri Malam Bulan Purnama Tak Terpecahkan, Gajah-gajah Ziarah ke Candi di Pedalaman Sumatera

Dua ekor gajah raksasa menyerbu ke lapangan kuil, berkelahi sambil menjerit-jerit, saling menghantam

Editor: Duanto AS
Gajah yang makin terancam punah 

TRIBUNJAMBI.COM - Pedalaman Sumatera 1893. Yzerman yang berkelana di sepanjang belantara yang gelap menyeramkan itu benar-benar tertegun.

Di tengah rimba yang sunyi ia menemukan puing-puing bangunan peninggalan purbakala, sisa bangunan candi tua yang berasal dari berabad-abad yang silam.

Ketertegunannya menjadi-jadi ketika tidak jauh dari puing-puing itu ia menemukan bekas-bekas reruntuhan tembok. Panjang berlapis-lapis.

Beberapa runtuhan gapura yang- hitam berlumut mengingatkan Yzerman bahwa di sini pernah berdiri kota lama.

Pada sekeping emas yang ditemukan sekitar candi ada tulisan, yang hurufnya menunjukkan persamaan-persamaan dengan huruf "dewanagari" dari zaman Singosari.

Jadi kira-kira dari awal abad ke sebelas atau duabelas.

Tapi menurut Krom yang menyelidiki tulisan itu kemudian, paling tidak candi itu berasal dari abad ke 7 karena banyak persamaannya dengan prasasti Kalasan dan Ligor.

Itulah Candi Muara Takus, peninggalan agama Buddha, terletak di Provinsi Riau, di pertemuan hulu Sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan, 200 Km dari Pekanbaru.

Kecewa bila anda menduga bahwa ia secantik Borobudur, atau secemerlang Prambanan. Muara Takus saat ini lebih banyak menyeramkan daripada mengagumkan.

Candi Muara Takus
Candi Muara Takus ()

Dr. F.M. Schnitger, sarjana ilmu purbakala berkebangsaan Belanda yang mengadakan penyelidikan mulai tahun 1935 sampai 1939, dalam bukunya "The Forgotten Kingdoms in Sumatra" terbitan E.J. Brill, Leiden tahun 1939, antara lain menuliskan pengalamannya menyaksikan gerombolan gajah yang 'berziarah' ke candi tersebut tahun 1935.

BACA BREAKING NEWS: Polda Jambi Amankan Satu Truk HP dan Jam Tangan Ilegal

BACA KPU Sahkan Tiga Pasangan Calon Bupati-Wakil Bupati Kerinci di Pilkada 2018

"Sebuah deruman dahsyat, suatu suara yang belum pernah kudengar, menggelegar dan membuat orang yang paling perkasa sekalipun akan menggigil mendengarnya. Yakni lengkingan dan raungan gajah yang sedang menuruni gunung Suligi yang diliputi kabut malam. Mereka menyeberangi sungai dan menuju lurus ke perkemahan saya."

Seperempat jam kemudian, tulisnya,"tanah mulai berguncang. Suara gemuruh yang maha dahsyat memenuhi angkasa.

Suara gemuruh yang keluar dari perut seekor gajah dapat terdengar sampai beberapa mil, tetapi belum pernah kami mendengar begitu dekat. Suaranya nyaring seperti terompet."

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved