Ray Rangkuti: "Tak Ada Maksud Kapolri Mendiskreditkan Kelompok Islam"

Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menyatakan video yang sempat viral terkait petikan Kapolri Tito Karnavian

Editor: Nani Rachmaini
TRIBUNJAMBI/HANIF BURHANI
Kapolri Jendral Polisi Tito Karnavian 

TRIBUNJAMBI.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti menyatakan video yang sempat viral terkait petikan Kapolri Tito Karnavian di Dialog Kebangsaan PBNU rawan dipolitisasi golongan tertentu.

"(Rawan dipolititasi) bisa iya. Harus diingatkan, kalau saya melihatnya gitu," ujar Ray di kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (1/2/2018).

http://cdn2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/ray-rangkuti-nih2_20180201_154306.jpg
Rina Ayu Panca Rini/Tribunnews.com
Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti (berkopiah hitam), di kantor Populi Center, Kompleks Mandiri, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (1/2/2018).

Dalam konteksnya sebagai Kapolri, kata Ray, Tito dirasa tidak secara khusus bermaksud mendeskritkan kelompok Islam lain.

Sama seperti pakar komunikasi politik Gun Gun Heryanto, Ray menyatakan Kapolri tak memahami sejarah kelompok islam.

"Memang tak ada maksud pak Kapolri untuk mendeskritikan kelompok Islam yang lain, tapi pemilihan kata bahasa yang kurang tepat dan beliau tak memahami sejarah kelompok Islam," kata Ray.

Ray menyatakan meski mendapat kritikan terkait ucapannya, Tito tak perlu dicopot dari jabatannya sebagai Kapolri.

Namun, kejadian ini juga perlu dijadikan bahan kritikan untuk Kapolri, yang diduga menahan sejumlah orang terduga makar maupun penistaan agama dan belum berproses hingga kini

"Saya pikir tak cukup alasan ya (mencopot). Tapi harus ditanggapi kritik ini. Mungkin terkait dengan penetapan sejumlah tersangka yang gak naik statusnya. Seperti soal makar, penistaan agama. Semuanya kan gak ada yang naik tuh. Menurut saya, ini ada akumulasi dari itu. Mungkin ini harus jadi kritikan buat Kapolri. Kalau misalnya gak ada masalah ya bebaskan. Jangan dijadikan seperti tawanan yang sampai sekarang gak diproses," kata Ray.

Ujar Ray, menghadapi tahun politik ini, ia menyarankan pejabat negara mengetauhi cara mengolah kata agar tak menimbulkan kesan negatif pada statement yang dikeluarkan.

"Makanya pejabat negara kalau tak tau situasinya jangan berbicara dan dalam kondisi sekarang. Jangan bicara serampangan berbahasa. Cara mengolah kata itu harus dipelajari petinggi kita agar tak menimbulkan kesan negatif," ujarnya.

Sebelumnya, Tito Karnavian dalam acara Silaturahmi dan Dialog Kebangsaan Ulama PBNU dengan Jajaran Polri di Pondok Pesantren milik Rais Aam PBNU KH Maruf Amin, An Nawawi Tanara di Serang, Banten, Februari 2017.

Saat itu Tito menyerukan agar jajarannya bekerja sama dengan NU dan Muhammadiyah.

"Semua kapolda saya wajibkan untuk membangun hubungan NU dan Muhammadiyah tingkat provinsi. Semua kapolres untuk wajib membuat kegiatan untuk memoperkuat para pengurus cabang di tingkat kabupaten/kota. Para kapolsek wajib untuk di tingkat kecamatan bersinergi dengan NU dan Muhammadiyah, jangan dengan yang lain. Dengan yang lain tuh nomor sekian, mereka bukan pendiri negara. Mau merontokkan negara malah iya,” tutur Tito dalam video tersebut.

Di hari Rabu kemarin (31/1/2018) Kapolri Tito Karnavian, dihadapan Ketua PBNU Said Aqil dan sejumlah petinggi ormas Islam, menyampaikan klarifikasinya.

"Kata sambutan saya itu cukup panjang kurang lebih 26 menit, tetapi dipotong 2 menit. Dan 2 menit itu mungkin ada bahasa-bahasa yang kalau hanya dicerna 2 menit itu membuat beberapa pihak kurang nyaman," kata dia.

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved