Firasat dari Dina Wulandari Sebelum Pergi, Gadis yang Tewas dengan Cara Sadis
Dengan air mata berkaca-kaca, dia masih belum memercayai bahwa pelaku merupakan tetangganya.
Penulis: Heri Prihartono | Editor: Duanto AS
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Heri Prihantono
TRIBUNJAMBI.COM, MUARA TEBO - Meninggalnya Dina Wulandari (19) pada Kamis (25/1), menyisakan luka mendalam bagi keluarga. Meskipun pelaku pembunuhan telah ditangkap, namun rasa kehilangan masih terasa.
Ayah korban, Kesnedi, merasakan pilu atas kepergian Dina. Dia mencoba bersabar meski anaknya meninggal akibat tindakan sadis.
"Saya minta kepada pihak yang berwajib untuk menghukum pelaku seberat-beratnya, kalau perlu hukum mati," ungkap Kesnedi, Senin (29/1).
Dengan air mata berkaca-kaca, dia masih belum memercayai bahwa pelaku merupakan tetangganya.
"Karena sudah 32 tahun saya hidup di Desa Teluk Rendah, belum pernah ada kejahatan seperti seperti yang terjadi pada anak saya," ujar Kesnedi.
Masih hangat ditelinga Kesnedi, saat Dina berpamitan terakhir kali dengannya dan istri, sebelum berangkat mengantar adiknya ke sekolah. "Selamat tinggal, mak. Selamat tinggal. Tunggu Dina di depan pintu sampai Dina pulang" ucapnya, menirukan Dina.
BACA Jangan Lupa Lihat Gerhana Bulan Super Blue Blood Moon 31 Januari, 100 Tahun Lagi Baru Ada
BACA Ini Guyonan Ustaz Abdul Somad yang Bikin Jemaah Masjid Jami' As-sa Adah Ngakak, Sampai Lemas
BACA Ini Kronologi Tabrakan Maut di Jembatan Aur Duri 1, Akhinya Sopir APV Meninggal Dunia
Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Dina, anak kedua Kesnedi dan Ana Rita, yang kerap disapa Cik Ona.
Di rumah berukuran 6 x 10 meter yang belum dicat dan diplester, Dina tinggal sejak satu tahun yang lalu. Dari kecil, dia dan keluarga tinggal di Desa Teluk Rendah Ilir, tepatnya di RT 06.

Sewaktu bersekolah di Madrsah Aliyah Nurussa'adah, Desa Teluk Rendah Ilir, Dina dipercaya guru-guru sebagai pemegang kunci sekolah. Setiap pagi dan sore, dia membuka dan menutup pintu ruangan dan pagar sekolah.
Saat dia masih sekolah, Kesnedi dan seluruh keluarga pindah dari Teluk Rendah Ilir, pada saat itu dia masih menumpang di perumahan guru. Karena sudah membeli tanah dan membuat rumah sendiri di Dusun Pangkal Bloteng Desa Teluk Rendah Ulu, akhirnya sekeluarga pindah.
Usai tamat MAN pada 2017, Dina menganggur di dusun. Bosan dengan tidak adanya aktivitas di kampung, lalu dia memutuskan untuk ke Jambi tinggal bersama neneknya.