Konflik Amerika Serikat VS Korea Utara, Rusia Siap Jadi Mediator
Rusia siap menjadi mediator antara Korea Utara dan Amerika Serikat jika kedua belah pihak sepakat, juru bicara Kremlin,
Penulis: Rika Apriyanti | Editor: rida
TRIBUNJAMBI.COM- Rusia siap menjadi mediator antara Korea Utara dan Amerika Serikat jika kedua belah pihak sepakat, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada CNN pada hari Selasa (26/12/2107).
"Kita tidak bisa menjadi mediator sesuai keinginan kita sendiri, kedua belah pihak harus sepakat," kata Peskov.
Komentar Peskov terjadi beberapa hari setelah Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengadopsi sanksi baru rancangan AS untuk Korea Utara dalam menanggapi uji coba rudal balistik Pyongyang pada tanggal 29 November 2017.
Sanksi terakhir bertujuan untuk lebih membatasi pasokan energi, memperketat pembatasan penyelundupan dan penggunaan pekerja Korea Utara di luar negeri, adalah yang terberat, menurut Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley.
Pemungutan suara itu bulat, namun duta besar Rusia untuk PBB mengkritik resolusi tersebut, dengan mengatakan bahwa AS telah melancarkannya melalui beberapa amandemen terakhir yang menargetkan pekerja Korea Utara di luar negeri.
Baca: Mengamuk, Pengunjung Diskotek Letuskan Tembakan ke Udara Lalu Kabur
Baca: Warga Jalan Slamet Riyadi Geger Temuan Mayat di Dalam Parit! Begini Ciri-cirinya
Baca: Melawan Militer di Semenanjung Sinai, Mesir Telah Menggantung 15 Pria
Sekitar 40.000 orang Korea Utara bekerja di Rusia, dan mereka mengirim sejumlah besar pendapatan mereka kembali ke rumah.
"Persyaratan resolusi untuk periode 24 bulan bagi pekerja Korea Utara untuk kembali ke rumah adalah periode minimum yang dapat diterima yang diperlukan untuk menangani aspek logistik dari masalah ini," kata Duta Besar Vasilly Nebenzia, sebelum menambahkan satu kritik terakhir atas resolusi tersebut.
"Sayangnya, seruan kami untuk mencegah ketegangan-ketegangan lebih lanjut, untuk merevisi kebijakan intimidasi timbal balik, tidak diindahkan," kata Nebenzia.
Ucapan Peskov pada hari Selasa bukanlah hal yang aneh bagi Rusia, karena Rusia telah lama memegang posisi bahwa AS dan Korea Utara harus bergerak menuju perundingan diplomatik.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada hari Senin mendesak Amerika Serikat dan Korea Utara untuk memulai sebuah dialog dan mengatakan bahwa AS harus melakukan langkah pertama.
"Saya pikir langkah pertama ke depan harus dilakukan oleh partai yang lebih kuat dan mana yang lebih cerdas, dan kami berpendapat bahwa ada orang-orang di AS yang percaya bahwa situasinya harus diselesaikan melalui cara diplomatik," katanya dalam sebuah wawancara.
Beberapa penasihat AS telah lama mempertahankan bahwa AS tetap berkomitmen untuk memprioritaskan resolusi damai terhadap ketegangan dengan Pyongyang.
Namun Presiden Donald Trump secara tegas tidak akan melakukannya selama Pyongyang masih belum menyerah soal program nuklir dan misilnya.
(Tribunnews/Rika Apriyanti)