Semakin Memanas, Ini Ancaman Korea Utara Kepada Trump Jika Berani Macam-macam
Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Ri Yong Ho, menuduh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah 'menyalakan sumbu perang'
TRIBUNJAMBI.COM- Menteri Luar Negeri Korea Utara (Korut), Ri Yong Ho, menuduh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah 'menyalakan sumbu perang' antara negaranya dan AS.
Ri juga mengatakan, AS akan menerima pembalasan dengan guyuran 'hujan api', kata kantor berita Rusia, TASS, yang diteruskan The Times, Rabu (11/10/2017).
Baca: Okupasi Ancam Hutan Sarolangun. Tidak Hanya Melibatkan Masyarakat Setempat Tapi Juga Pendatang.
Baca: Perusahaan Tambang dan Perkebunan di Sarolangun Dicap Nakal
Baca: Konsep RTH di Batanghari, Bangun Pedestarian di Depan Rumah Dinas Bupati
Ketegangan antara Washington dan Pyongang meningkat dalam beberapa bulan ini karena pemerintahan Donald Trump berusaha mengekang program senjata nuklir dan misil balistik Korut.
Pernyataan Ri adalah episode terbaru dari perang kata-kata yang semakin meningkat antara Trump dan rezim Kim Jong Un di Pyongyang.
Baca: Kejari Akan Tindak Proyek yang Tak Mendaftar BPJS Ketenagakerjaan, Bisa Didenda Rp1 Miliar
Baca: Saat Putri Jokowi Kahiyang Ayu dan Calon Suami ke Restoran Cepat Saji. Reaksi Pelayan Ternyata Cuma
Baca: Pemkab Batanghari Tahun Depan Bangun 4 Ruang Terbuka Hijau
TASS mengutip ucapan Ri, "Dengan pernyataannya yang berani dan gila di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Trump, ... telah menyalakan sumbu perang melawan kami."
Menurut Trump, ketika berbicara di depan sidang Majelis Umum PBB pada akhir September 2017, AS akan menghancurkan Korut jika diserang negara berhaluan komunis itu.
"Kita dapat katakan bahwa Trump telah menyulut sumbu perang terhadap kami dengan mengeluarkan pernyataannya yang militeristik dan penuh khayalan di PBB,” kata Ri kepada TASS.
Menlu Korut itu menegaskan, AS harus bertindak rasional dan berhenti memprovokasi Korut.
Meski Korut belum menanggapi simulasi tempur yang melibatkan enam jet AS di Semenanjung Korea, Selasa (10/10/2017) malam, hal ini bakal dicap Pyongyang sebagai provokasi terbaru AS.