Kesehatan

Bahaya di Balik Gurih Terasi

SAMBAL terasi memang menggoda. Rasa pedas yang mengigit berpadu olahan udang rebon sangat pas jika disantap bersama sepotong

Penulis: rida | Editor: Fifi Suryani
IST
Sambel terasi 

TRIBUNJAMBI.COM - SAMBAL terasi memang menggoda. Rasa pedas yang mengigit berpadu olahan udang rebon sangat pas jika disantap bersama sepotong ayam goreng, ikan asin atau pelengkap hidangan sayur asam dan lalapan.

Namun tahukah Anda ada bahaya yang mengintai pada terasi yang dikonsumsi? Pada awal Juni lalu, BPOM Jambi menemukan 14 kg terasi mengandung zat pewarna tekstil atau Rodamin B.

Eliarti (51) seorang ibu rumah tangga mengaku cukup terkejut dengan temuan itu. Namun ia bersyukur tidak mengonsumsi terasi yang mengandung zat pewarna tekstil tersebut.

"Itu yang warna merah-merah itu ya? Saya gak pakai terasi yang itu. Terasi biasa. Gak berwarna," ungkapnya.

Berbeda dengan Sunarti (55) lebih memilih terasi keluaran pabrik, bukan buatan rumah (home made). Menurutnya lebih aman dan terjamin.

"Soal rasa sama saja kok. Siapa bilang gak enak?" ujarnya.

Dosen Tetap Prodi Gizi Stikes Baiturrahim Jambi Dini Wulan Dari menjelaskan terasi merupakan produk hasil fermentasi yang berbahan baku udang rebon dan ikan.

"Pada umumnya terasi berbentuk padat, memiliki aroma khas yang tajam, teksturnya agak kasar dan rasanya sangat gurih," jelasnya.

Adapun proses pembuatan terasi melalui tahapan sebagai berikut : pencucian, penjemuran I, penumbukan I, pemeraman/fermentasi, penjemuran II, penumbukan II, pencetakan, dan pengemasan.

Berdasarkan bahan baku yang digunakan, terasi dapat digolongkan menjadi empat kelas, yaitu terasi kelas I terbuat dari udang rebon, kelas II terbuat dari rebon laut, kelas III terbuat dari campuran udang rebon dan ikan laut, dan kelas IV terbuat dari kepala udang dan ikan.

Selain sebagai penambah rasa gurih, terasi juga memiliki kandungan gizi (dalam 100 gr terasi) sebagai berikut (Suprapti 2002): energi 155 kal, protein 22,3 gr, lemak 2,9 gr, hidrat arang 9,9 gr, serat 2,7 gr, abu 31,1 gr, kalsium 38,2 gr, fosfor 72,6 gr, besi 78,5 gr, vitamin B 0,24 gr, dan air 33,8 gr.

"Terasi yang bermutu baik biasanya berwarna coklat gelap, berbau khas terasi, tidak berbau tengik, tidak mengandung kotoran seperti pasir, sisa-sisa ikan atau udang," ungkapnya.

Warna asli terasi sebenarnya adalah coklat kehitaman seperti warna tanah. Tetapi untuk lebih menarik minat para pembeli, seringkali terasi diwarnai dengan warna yang mencolok dan tidak jarang produsen menambahkan pewarna sintetis yang dilarang sebagai bahan tambahan makanan.

Peraturan mengenai penggunaan bahan pewarna yang diizinkan dan yang dilarang untuk pangan diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 mengenai bahan tambahan makanan, tetapi sering terjadi penyalahgunaan pemakaian bahan pewarna berbahaya untuk bahan pangan, misalnya bahan pewarna untuk tekstil dipakai untuk mewarnai bahan pangan.

"Hal ini jelas sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu bahan pewarna tersebut," kata Dini.

Timbulnya penyalahgunaan bahan pewarna menurutnya disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai pewarna untuk pangan, dan juga karena harga bahan pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan bahan pewarna untuk pangan. Di samping itu, warna dari bahan pewarna tekstil biasanya lebih menarik.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved