Renungan Harian Kristen 4 Februari 2025 - Disertai Tuhan dan Hidup Benar
Bacaan ayat: Kejadian 39:2 (TB) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Dalam banyak kasus, mengalami peristiwa buruk dalam hidup selalu mendatangkan trauma dalam hidup, baik trauma positif maupun trauma negatif.
Saat seseorang terjatuh ketika belajar berkendaraan, trauma negatif akan ditandai dengan ketakutan yang berlebih saat melihat kendaraan.
Dalam beberapa kasus ekstrim, cukup mendengar bunyi stater motor telah membuat jantungnya berdegub kencang. Trauma positif bisa ditandai dengan sikap hati-hati yang berlebih.
Setiap kali melihat seseorang berkendaraan, akan memicunya untuk memberikan nasihat panjang supaya berhati-hati di jalan. Ironisnya banyak yang tidak sadar bahwa telah terjadi trauma.
Dikiranya apa yang dialaminya biasa sehingga dibiarkan begitu saja. Cukup tahu penyebabnya. Seiring waktu trauma dapat membentuk karakter tertentu yang menciptakan sebuah paradigma dalam hidup.
Diperlakukan buruk oleh para saudaranya, menghantarkan Yusuf pada penderitaan yang berkepanjangan. Dijual sebagai budak, telah menurunkan derajatnya dari seorang yang dikasihi ayahnya berubah menjadi sekedar properti yang diperdagangkan.
Dipastikan, orang-orang akan memperlakukannya secara buruk. Bagaimanapun juga, budak kala itu tidak lebih harganya dari asset yang boleh diperlakukan semena-mena.
Bisa jadi Yusuf trauma dengan kehidupan, entah trauma positif ataupun negatif.
Alkitab memberikan catatan menarik bahwa, "TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu."
Ini menarik bahwa tidak disebutkan bahwa Yusuf berlaku baik dn disertai Tuhan, namun Tuhan lah yang menyertai Yusuf sehingga segala yang dilakukannya mnghasilkan hasil yang baik. Ini memberikan pelajaran berharga tentang penyertaan Tuhan.
Selama ini banyak orang mengeluh tentang keadaan; atau menyalahkan keadaan sehingga berlaku seperti yang sedang dialami; atau menyesali keadaan dan bermimpi bisa memutar waktu untuk menghindari keadaan buruk terjadi. Itulah sikap yang mengandalkan diri sendiri.
Dan hasilnya adalah trauma, baik yang positif maupun yang negatif.
Apa yang terjadi pada Yusuf memberikan pelajaran berharga bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Bahkan dalam keadaan terburuk sekalipun, Ia hadir untuk merancang yang terbaik
. Jika Yusuf berhasil dalam segala pekerjaannya, itu bukan karena kemampuannya, melainkan anugerah karena disertai oleh Tuhan.
Ia berlaku benar karena Tuhan menyertai, bukan sebaliknya.
Penyertaan Tuhanlah yang membuat Yusuf mampu memiliki hikmat yang luar biasa sehingga segala yang dikerjaannya mendatangkan hasil terbaik.
Dalam hal ini orang lain, yaitu Potifar, melihat hasil kerja Yusuf sebagai keuntungan dan memberikan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk mengelola hartanya.
Ada begitu banyak hal dalam hidup diluar kendali kita; bisa keadaan atau orang-orang yang bisa menyeret kita untuk trauma dan jatuh dalam ketersesatan. Yusuf bisa saja tersesat saat menjadi budak.
Penyertaan Tuhan menjadi benteng perlindungan yang kuat sehingga ia mampu bertahan meskipun terlunta-lunta di negeri asing. Ia tetap berlaku benar karena Tuhan terus menyertai.
Dan dalam penyertaan itu Yusuf terus hidup dalam ketaatan. Jika Yusuf bisa, meskipun cerita hidupnya pilu, pasti kita juga bisa. Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang