Renungan Harian Kristen 14 Desember 2024 - Dilarang Bersaksi Dusta
Bacaan ayat: Keluaran 20:16 (TB) Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Dalam dunia hukum, saksi menjadi penentu sebuah vonis dijatuhkan. Ketika seseorang dituntut melakukan sebuah kejahatan, maka sang penuntut wajib menghadirkan saksi yang menyaksikan kejahatan itu terjadi, baik saksi yang langsung ataupun tidak langsung menyaksikan kejahatan yang didakwakan.
Seorang hakim dituntut untuk jeli memilih, memilah, menentukan dan menetapkan kesaksian mana yang relevan dan memberikan bukti kuat terjadinya sebuah kejahatan.
Titik krusialnya ada pada hakim. Sebagai wakil Tuhan di bumi, sudah seharusnya seorang hakim bebas dari subyektivitas dan mengutamakan kebenaran dan keadilan.
Dapat dibayangkan, jika karena suap dan kecenderungan untuk membela yang menguntungkan, dipastikan keputusannya akan bias. Hakim bisa saja mengambil keputusan yang tidak benar ketika hanya memperhatikan seorang saksi yang memberatkan, sementara kesaksian saksi lain diragukan kebenarannya.
'Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.' Pasti hukum ini sangat relevan bagi dunia pengadilan. Secara sederhana, hukum ini berbincang tentang larangan untuk berbohong. Akibatnya makna tersebut, maka hukum ini menjadi sangat dangkal dalam aplikasinya.
Ini hanya hukum yang mengatur kehidupan kanak-kanak dengan larangan untuk berbohong.
Jika memahami lebih dalam, sebenarnya kita menemukan kedalaman makna yang mendasar tentang kehidupan. Larangan untuk bersaksi dusta, sebenarnya bisa terkait langsung akan penghargaan mendasar akan kehidupan.
Saksi dusta termasuk didalamnya berfikir buruk tentang orang lain. Bisa jadi beberapa orang berdalih, bahwa pikiran yang tidak dikatakan atau dinyatakan, belum akan menjadi masalah.
Persoalannya, apa yang kita pikirkan akan terkait langsung dengan perilaku kehidupan yang dilakukan.
Contoh: seorang yang berfikir bahwa orang yang baru saja ditemuinya adalah jahat, maka secara reflek akan membangun benteng dengan menjaga jarak agar tidak menjadi korban kejahatan. Itu artinya, pikiran akan menentukan tindakan. Jika berbohong itu terkait dengan orang lain, maka berfikir buruk tentang orang lain pada dasarnya sedang membohongi diri sendiri. Itu artinya pikiran buruk dapat menjadi benih bagi terjadinya ketidaktaatan kepada Tuhan dalam kehidupan.
Setiap kita adalah seorang saksi bagi yang lain. Apapun yang kita saksikan dapat menjadi bahan cerita bagi yang lain.
Kita tidak pernah bisa mengontrol bagaimana respon dan daya paham orang terhadap segala yang kita ceritakan.
Bisa jadi bermakna positif dan menginspirasi; namun bisa saja mengalami penyimpangan dan dimaknai berbeda dari maksud yang diutarakan. Baik adanya untuk tidak bersaksi dusta tentang apapun.
Sebelum sampai pada tindakan ketidaktaatan kepada Allah, jauh sebelum benih dusta tumbuh, perlu dimatikan bahkan sejak dalam pikiran. Dan hanya kita yang bisa mengendalikannya, bukan orang lain.
Pikirkan yang benar tentang banyak hal sehingga kita dijauhkan dari menjadi saksi dusta. Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang