Renungan Harian Kristen 21 Oktober 2024 - Keadilan Tuhan yang Dinyatakan
Bacaan ayat: Keluaran 12:29 (TB) Maka pada tengah malam TUHAN membunuh tiap-tiap anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada anak sulung orang tawanan, yang ada dalam liang tutupan, beserta segala anak sulung hewan.
Oleh Pdt Feri Nugroho
Beberapa orang tidak suka ketika harus berbincang tentang keadilan Tuhan. Menurut mereka, keadilan Tuhan akan menampilkan Tuhan yang kejam, bengis dan jauh dari kata kasih.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keadilan Tuhan itu selalu terkait dengan ketiadaan hidup, atau kematian.
Baca Kitab Imamat maka akan kita temukan hukuman bagi pelanggar hukum adalah mati. Penggalangan kalimat yang berulang ialah 'dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya'. Bukankah itu kejam?
Tulah kesepuluh ialah anak sulung yang ada di Mesir mati. Ini tulah terakhir setelah sembilan tulah lain berhasil memporak-porandakan Mesir. Allah selalu tampil dengan peringatan sebelum tulah terjadi.
Tentu peringatan tersebut bermaksud memberikan kesempatan kepada Firaun sebagai penguasa agar mengijinkan umat-Nya keluar dari Mesir.
Allah tidak tiba-tiba memberikan tulah tanpa memberikan peringatan! Pilihan ada pada Firaun, taat atau memberontak. Sampai akhirnya tulah kesepuluh dinyatakan.
Tulah ini dahsyat sebab bukan hanya anak sulung tertentu, namun semua anak sulung, termasuk para budak yang di penjara, bahkan anak sulung Firaun pun mati. Anak sulung ternak juga mati!
Tidak bisa dihindari, peristiwa ini pasti terlihat kejam, brutal dan tanpa ampun! Penilaian ini tentu wajar dalam sudut pandang dunia modern, ketika kehidupan sangat dihargai. Bagaimana mungkin Allah justru meniadakan kehidupan dengan membunuh anak-anak?
Pertama, Allah berdaulat mutlak atas kehidupan. Maka bisa dipahami bahwa Dia berotoritas mutlak pula atas segalanya.
Kedua, peringatan sudah dinyatakan. Ada kesempatan untuk menghindarkan dari tulah tersebut. Dalam hal ini pilihan Firaun menentukan apa yang akan terjadi pada rakyatnya.
Ketiga, keadilan Allah sedang dinyatakan.
Masih ingat, masa dimana Musa dilahirkan?
Ia lahir dalam situasi mencekam ketika Firaun yang tidak mengenal Yusuf melakukan pemusanahhan dengan membunuh semua bayi Ibrani laki-laki yang lahir.
Meskipun peristiwanya telah berlalu, nampaknya keadilan Allah akan selalu tampil dengan melampaui ruang dan waktu!
Jangan pernah mempermainkan Allah, sebab Ia tidak bisa dipermainkan. Setiap ketidaktaatan akan membawa konsekuensi keadilan Allah yang dinyatakan. Allah tidak pernah lupa dengan segala ketidaktaatan dan pemberontakan setiap orang.
Dalam hal inilah kita bisa paham, bahwa jika Dia mengampuni, itulah anugerah. Penebusan menjadi bentuk nyata bahwa dalam beranugerahpun, keadilan Allah tetap dinyatakan. Jalani kehidupan dengan sungguh-sungguh.
Konsekuensi logis percaya kepada Allah yang hidup ialah hidup harus selaras dengan yang Dia kehendaki. Amin
Renungan Kristen oleh Pdt Feri Nugroho, GKSBS Siloam Palembang