TRIBUNJAMBI.COM - Hasil tidak akan mengkhianati usaha, itulah pepatah kisah sukses yang tepat untuk perempuan asal Gresik, Jawa Timur ini.
Namanya Irine Yandi Sandrika, sosok perempuan yang ulet dan bisa membaca peluang.
Kini, Irine punya omzet Rp 1 miliar per bulan, sangat besar.
Padahal, awalnya Irine hanya berjualan kopi di lampu merah.
Formula kesuksesan karena ramuan kerja keras dan memanfaatkan teknologi.
Kisah hidup perempuan ini sangat menarik, merangkak dari bawah hingga beromzet miliaran.
Berkat jeli membaca peluang platform kekinian, TikTok, dia meraup cuan yang banyak.
Berjualan di TikTok ternyata membuat Irine Yandi bisa meraup banyak keuntungan dari hasil produknya.
Kerja keras dan pintar memanfaatkan perkembangan teknologi bisa menjadi jalan menuju kesuksesan.
Lantas bagaimana sosok Irine bisa melakukannya?
Irine Yandi Sandrika, perempuan asal Gresik Jawa Timur, sukses berkat kerja keras dan mampu memanfaatkan teknologi, khususnya media sosial.
Dia perempuan lulusan sekolah menengah pertama (SMP).
Kini, Irine Yandi Sandrika, merupakan satu di antara pengusaha sukses di bidang kuliner di daerahnya.
Produk miliknya tengah viral, yaitu sop buah yang berlabel Sop Buah Irine.
Irine memanfaatkan media sosial TikTok untuk menjual dan mempromosikan sop buahnya.
Efektif memang.
Dalam sehari, akhirnya lebih dari 4.000 gelas sop buah miliknya ludes terjual.
Selain sop buah, Irine juga menyediakan salad buah dan bakaran frozen food.
Kini bisnisnya mampu meraup omzet hingga Rp 1 miliar tiap bulannya.
Tentu untuk meraih kesuksesan harus ada perjuangan dan kerja keras.
Pemilik akun tiktok @sopbuahirine ini mengaku sebelum berjualan sop buah, pernah berjualan kopi bungkus keliling di lampu merah.
"Saya dulu sempat jualan kopi bungkus di dekat lampu merah. Kemudian juga jualan es dengan mengirim ke rumah pelanggan atau pemesan," ungkap Irine.
Kerja keras Irine terus berlanjut, hingga merintis berjualan sop buah.
"Saya memulai bermain media sosial di Facebook untuk mempromosikan dagangan saya yaitu sop buah. Berjalannya waktu, semakin dikenal orang dan saya memutuskan buka lapak sop buah di pinggir jalan dengan tempat seadanya," ujar Irine.
Di sela berjualan sop buah di lapak, ibu tiga anak itu juga membuat konten aktivitas berjualan dan diupload ke media sosial.
"Sekitar tahun 2018 mencoba bikin konten keseharian berjualan di sosial media yaitu tiktok dan Instagram, tidak disangka konten - konten saya FYP dan banyak dikenal orang karena setiap kegiatan pekerjaan saya post di konten," jarnya.
Hingga semakin banyak pelanggan sop buahnya dan usahanya semakin berkembang pesat.
Irine sempat jatuh
Namun, usahanya ini sempat lesu akibat wabah pandemi Covid 19 melanda Indonesia dari 2020 hingga 2022.
Beruntung, Irine pantang menyerah dan tetap mengembangkan bisnis jualan Sop buah hingga warung nasi Padang.
Pada 2023, usahanya semakin berkembang hingga bisa memiliki lebih dari 90 karyawan.
Bahkan, kini sop buah Irine tak hanya dijual di kawasan Gresik, Surabaya dan Sidoarjo, namun hingga sejumlah daerah di Pulau Jawa.
"Banyak orang menjadi jastiper sop buah saya hingga pemasarannya semakin luas " ungkapnya.
Dengan memiliki omzet hingga satu milyar per bulan, tidak membuat Irine lupa dengan orang yang berjasa dalam hidupnya.
"Dulu saya sering merepotkan orang tua, dengan kondisi saya sekarang saatnya membahagiakan orang tua dan orang orang di sekitar," pungkasnya.
Pemicu Omzet Belasan Juta
Ada kisah sukses lainnya dari pemuda bernama Aindra Imawan.
Berawal dari keinginan untuk menjaga tradisi budaya dan warisan leluhur, pemuda Lamongan Jawa Timur, itu menekuni bisnis jamu tradisional.
Berbagai varian jamu yang diproduksi pemuda ini.
Ada beras kencur, kunyit asam serta temu lawak.
Menariknya, Aindra menjual jamu dengan memanfaatkan teknologi sebagai upaya mempertahankan jamu di zaman yang modern.
"Kita ingin mempertahankan jamu tradsional agar tetap ada di tengah-tengah masyarakat," ungkap Aindra Imawan.
Memang, Aindra Imawan seorang sarjana pertanian.
Dia mengeluti bisnis jamu sejak 2010 hingga kini memiliki rumah produksi Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Lamongan, Jawa Timur.
Tempat produksi dan etalase jamu ada di jantung kota Lamongan.
Meski begitu, keberadaannya tidak terkalahkan oleh jamu pabrikan yang diolah dengan pakai modern.
Lantas apa kunci sukses Aindra?
Jamu milik Aindra adalah jamu tradisional yang diproduksi secara tradisional dan tetap higienis.
Kini, Aindra bertahan mempekerjakan tiga karyawan yang bekerja sejak pagi hari mulai melakukan proses pembuatan jamu tradisional dengan resep turun temurun dari sang nenek.
Jamu yang ia produksi ada tiga jenis.
Yaitu, jamu beras kencur, kunyit asam serta temulawak.
Omzet Meningkat Terus
Dalam sehari, rata-rata ia mampu menjual 200 hingga 300 botol dengan omzet mencapai belasan juta rupiah setiap bulannya.
Untuk harga, masih kata Aindra, mulai dari Rp 8 .000 hingga Rp 15.000 rupiah per botol.
Harga yang masih dalam takaran ramah di kantong.
"Harganya tergantung ukuran kemasan besar kecilnya botolnya," ungkap Aindra kepada Tribun Jatim Network.
Dengan cita rasa yang khas dan dapat menyehatkan tubuh, tak heran jika pelanggan yang datang mengaku cocok dengan rasanya.
Aindra menyadari, untuk mempertahankan jamu tradisional dari gerusan zaman, ia harus bisa mengikuti perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan resep jamu tradisional.
Di era serba modern ini, ia hanya memanfaatkan kecanggihan teknologi platform digital dalam segi pemasaran dan penjualan.
"Soal rasa dan resep atau komposisi, saya tetap harus mempertahankanya. Dan itu yang menjadi pembeda di era modern ini," ungkap Aindra.
Sebagai anak muda, Aindra mengajak para generasi muda agar bisa melek teknologi dalam memulai bisnis, termasuk melihat peluang bisnis yang sedang ngetrend pada saat ini untuk dijadikan lahan mata pencarian.
Aindra ingin memotivasi para generasi muda untuk tetap bisa mempertahankan olahan jamu tradisional.
Ada banyak rempah-rempah dan tumbuhan yang bisa dikembangkan sebagai bahan dasar jamu tradisional.
Sementara ini ia masih bertahan untuk tiga jenis jamu tradisional beras kencur, kunyit dan temu lawak.
Tidak menutup kemungkinan, ia akan mengembangkan untuk jenis jamu tradisional lainnya
(Tribunjatim.com/Ignatia | Tribunjatim.com/Hanif Manshuri)