TRIBUNJAMBI.COM,JAMBI - Rahma Yuniarsih, perempuan muda yang sudah 13 kali meluncurkan karya tulisnya dalam sebuah buku.
Buku ketiga belasnya kali ini ia namai 'Atap Langit' yang mana atap diartikan sebagai pelindung, dan langit sebagai bagian dari semesta tanpa batasan.
Pada bukunya, ia mengajak beberapa orang dengan beragam kehidupan pelik yang telah dilalui dan bisa bertahan sampai sejauh ini untuk mulai bercerita.
Buku tersebut diisi dengan cerita yang mengisahkan kehebatannya sosok seorang ibu bagi, peluk hangat seorang ibu, perjuangan mencari nafkah, hingga tetap waras di tengah gilanya lingkungan dalam menjatuhkan kehidupan sosok ibu yang berjuang demi anaknya.
Kata 'Langit' dalam tulisan dimaknai sebagai ibu yang merupakan seseorang tidak kenal batas dalam membagikan kasih sayangnya pada anak-anaknya.
Baca juga: Kiky Saputri Tuding Verrell Bramasta Menangis Saat Putus dari Natasha Wilona
Filosofi itu juga membuat Rahma tergerak membagikan kisah itu dari kehidupannya sendiri yang hidup dengan ibu tunggal, dan menjadi penulis utama.
Beberapa penulis juga diajaknya berkisah dalam buku tersebut. Mereka juga memiliki kisah kehidupan bersama ibu yang membesarkan anaknya tanpa sosok ayah.
Entah itu yang dari lahir sudah ditinggal ayah, di tengah perjalanan hidup ditinggal sosok ayah.
Ada juga yang memiliki kisah kehilangan seorang ibu hebatnya setelah semuanya pernah dilalui bersama.
Ia berharap dengan karya tersebut dapat memberikan manfaat bagi sesama perempuan dengan mengenalkan perempuan-perempuan hebat dalam hidup kepada banyak orang.
Rahma sengaja menuangkannya dalam tulisan bermula dari kisah kehidupan pribadinya, dan lingkungan yang memiliki cerita serupa bukan dengan tujuan untuk pesimis, tetapi optimis.
"Kita punya kegelisahannya masing-masing, jadi kita harus sama-sama berjuang. Rahma sering lihat perempuan banyak salahnya, dan batasan segala macam bahkan dibully apalagi yang cuma tinggal sama ibunya saja," ungkap dia.
Keadaan tersebut menurut Rahma adalah situasi luar biasa di mana orang-orang yang hanya tinggal bersama ibu harus berusaha dua kali lipat kuatnya dibandingkan pemilik keluarga utuh.
"Dari sana sebenarnya sudah menyadarkan bahwa sebenarnya kita itu kuat. Jadi kenapa kita harus ragu lagi dengarkan kata-kata orang yang menganggap kita tidak bisa apa-apa bahkan bermimpi pun nggak boleh," cerita Rahma.
Rahma berharap perempuan di luaran sana bersama-sama saling bantu untuk kuat.
Dirinya berharap dalam momen Hari Perempuan Internasional itu baik memiliki kisah hidup sepertinya maupun tidak tetap semangat.
Ia tidak menginginkan perempuan mudah berputus asa, dan bukan lagi menganggap perempuan lain sebagai saingan.
Karena menurutnya sekaranglah zamannya untuk berkolaboras, bukan lagi untuk berkompetisi dengan perempuan lain.
"Karena untuk jadi perempuan hebat itu bukan cuma dirinya saja untuk bisa jadi baik, tetapi bisa merangkul teman-teman (orang di sekitarnya-red) jadi baik," ceritanya.
Baca juga: Ingin Sukses di Pemilu 2024, Partai Buruh Jambi Revitalisasi Kepengurusan Sampai ke Desa
(TribunJambi/Rara Khushshoh Azzahro)
NUKILAN
Nama: Rahma Yuniarsih
Tempat tanggal lahir: Jambi, 13 September
Pendidikan: S1 UIN STS Jambi
Hobi: Membaca & menulis
Motto hidup: Berusaha menjadi manusia bermanfaat dan terus memperbaiki diri
Sosial media:
Raahmayuniaarsih (IG)
Rumah_basama (IG)
Prestasi:
- Penulis 12 Novel dan Cerita Sejarah
- Founder Rumah Basama (Wadah pengembangan minat-bakat anak muda)
Simak berita terbaru Tribunjambi.com di Google News
Baca juga: Graham Potter Ungkap Rencana Chelsea Untuk Mykhailo Mudryk