Baca tanpa iklan
TRIBUNJAMBI.COM, KUALATUNGKAL - Balai Adat Tanjabbar merupakan bangunan yang menjadi ikon kebudayaan di Tanjabbar.
Balai Adat Tanjabbar dikatakan Abdul Latif, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan Tanjabbar dibangun berdasarkan usulan dari Lembaga Adat Melayu (LAM) yang saat itu diketuai oleh Haji Ridwan.
Pembangunan dimulai pada tahun 2012 dan diresmikan pada tanggal 27 Januari 2016 pada akhir masa kepemimpinan Bupati Tanjabbar Usman Ermulan.
"Pembangunan Balai Adat ini berdasarkan ciri khas rumah masyarakat Tanjabbar, khususnya Tungkal, Balai Adat dibangun mencirikan orang-orang Tungkal, karena di Tungkal ini seluruhnya rumah panggung, pakai tongkat dan bentuknya memanjang ke belakang," ujar Abdul Latif, Jumat (5/11/2021).
Ia mengatakan Balai Adat dipergunakan untuk mengadakan segala bentuk kegiatan kebudayaan, sosial bahkan perkawinan.
"Balai Adat sebagai tempat berkumpul, bermusyawarah dan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, budaya hingga keagamaan, hajatan perkawinan dan lain-lain," ujarnya.
"Balai Adat boleh digunakan untuk kegiatan resepsi pengantin, namun tempatnya dibawah, dibawah itu ada tiang-tiang silahkan digunakan untuk resepsi pernikahan, tapi tidak diatas, diatas itu untuk rembuk adat," tambahnya.
Bukan hanya masyarakat melayu, Abdul Latif mengatakan Balai Adat dipergunakan untuk kegiatan adat semua suku yang ada di Tanjabbar.
Termasuk adalah suku asli tungkal suku duano, karena Tanjabbar memiliki adat-adat tak benda yang cukup banyak untuk ditampilkan di Balai Adat.
Terakhir ia menjelaskan Balai Adat ini juga sempat menjadi tempat isolasi bagi pasien covid-19 Tanjabbar saat angka penderita covid-19 tinggi di Tanjabbar. (*)
Baca juga: Kabel PLN Melintang Jerat Leher Pengendara Hingga Terjatuh dari Motor di Kuala Tungkal Tanjabbar
Baca juga: Dukung Target Nasional, Polres Tanjabbar Gelar Vaksinasi di 17 Lokasi