Idul Adha 2021

Naskah Kutbah Idul Adha 2021 Dengan Tema ' Berkurban Saat Pandemi'

Editor: Heri Prihartono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jamaah An Nazir di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan menggelar idul adha lebih awal. Penetapan idul dha ini dilakukan berdasarkan hisab dan pertanda alam. Kamis, (30/7/2020).

TRIBUNJAMBI.COM - Berikut naskah khutbah Idul Adha 2021 1442 H yang ditulis Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir

Naskah khutbah Idul Adha ini berjudul Berkurban di Masa Pandemi.

Melalui situs suaramuhammadiyah.id, Haedar Nashir menulis materi khutbah shalat Idul Adha berjudul Berkurban di Masa Pandemi.

اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ

اَللهُ اَكْبَرُاللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Alhamdulillah, pagi hari ini kaum muslimin di seluruh tanah air dan sejumlah negeri menunaikan shalat Idul Adha 10 Dzuhlizah 1442 Hijriyah.

Segenap kaum muslimin mengumandangkan takbir, tahlil, tahmid, dan tasbih sebagai wujud penghambaan diri kepada Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.

Semua bersalawat kepada Nabi Muhammad, Rasul akhir zaman yang menjadi uswah hasanah dan penyebar risalah rahmatan lil-‘alamim.

Setiap Muslim bersimpuh diri di hadapan Allah serta menunaikan sunnah Nabi shalat Idul Adha untuk meraih ridha dan karunia Ilahi.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Idul Adha adalah Hari Raya Penyembelihan hewan qurban.

Kata kurban (qurban) artinya dekat atau mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan beribadah shalat sunnah dua rakaat.

Umat muslim juga dianjurkan menyembelih hewan kurban sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad mengikuti jejak Nabi Ibrahim.

Allah berfirman dalam Al-Quran yang artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (QS As-Shaffat: 102)

Berkurban tentunya memerlukan kepasrahan jiwa yang ikhlas untuk menjalankan perintah Allah, kendati awalnya berat.

Secara lahiriah setiap yang berkorban menyembelih hewan kurban kemudian membagikannya kepada sesama.

Namun sejatinya yang bersangkutan berkurban kepada Allah dan telah berani mengorbankan sesuatu yang dimilikinya untuk sesuatu yang lebih utama.

Tujuannya untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah sekaligus berbuat kebajikan yang luhur atau ihsan kepada sesama.

Jika Ibrahim dan Ismail didukung Siti Hajar rela berkurban nyawa, meski kemudian diganti dengan hewan kurban.

Pelajaran yang bisa dipetik, jangan merasa berat untuk berkurban hanya seekor hewan terutama bagi muslim yang berkemampuan.

Dalam satu hadis Nabi bersabda yang artinya:

"Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat Ied kami." (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Kita malu kepada Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, dan Siti Hajar yang rela mengorbankan jiwa demi menunaikan perintah Allah.

Meski pada akhirnya kurban jiwa diganti dengan hewan, namun ketiganya teruji keimanannya.

Bagi kita kaum muslim yang berkemampuan, apalah arti seekor hewan kurban bila dibandingkan dengan jiwa, maka mari tunaikan ibadah kurban hewan dengan sepenuh keikhlasan.

Meski hidup di masa pandemi terasa berat, bagi yang berkemampuan jangan merasa berat untuk tetap berkurban sebagai panggilan jiwa Islami yang pasrah dan berharap anugerah Allah.

Keikhlasan dan kesabaran dalam berkurban sebagai bentuk ketakwaan.

Jangan pernah merasa sudah bertakwa kalau masih berat berkurban dengan seekor hewan kurban.

Allah berfirman dalam Al-Quran:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ – ٣٧

Artinya: "Daging-daging dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Hajj/22: 37).

Berkurban hewan kurban wujud ketakwaan. Muslim yang beridul-adha dan berkurban dengan ikhlas berarti dirinya naik derajat menjadi 'al-muttaquun,' yakni orang-oran yang bertakwa.

Takwa merupakan puncak segala keutamaan diri setiap muslim dan mukmin dalam menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, serta menunaikan segala kebaikan hidup yang harmonis antara habluminallah dan habluminannas.

Bukankah setiap muslim berharap dimuliakan dan ditinggikan derajatnya di hadapan Allah?

Orang bertakwa itulah yang derajatnya ditinggiikan Allah sebagai insan mulia.

Kaum Musilim Rahimakumullah

Di era pandemi Covid-19 yang sangat berat saat ini jiwa berkurban sangat tepat untuk dikembangkan dalam berbagai kebajikan.

Menegakkan disiplin protokol kesehatan, peduli terhadap sesama yang berkekurangan, membantu meringankan para dokter dan tenaga kesehatan, serta mengembangkan kebersamaan dalam mengatasi pandemi adalah bukti kaum muslimin mempraktikkan jiwa berkurban dalam kehidupan nyata.

Diantara contoh lainnya adalah membagikan daging kurban bagi saudara-saudara kita yang sangat memerlukan.

Esensi kurban adalah menebar kebaikan yang tulus dan bermakna.

Pada suatu kali Nabi Muhamamad ditanya: "Wahai Rasulullah SAW, apakah kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Kurban adalah sunahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim." Mereka bertanya: "Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan kurban itu?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan." Mereka bertanya lagi: "Kalau bulu-bulunya?" Rasulullah menjawab: "Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan." (HR. Ahmad dan Ibn Majah).

Mari wujudkan jiwa berkurban dalam segala aspek kebaikan hidup.

Apalagi di masa pandemi seperti saat ini, banyak orang yang mengalami penderitaan jiwa, kesehatan, ekonomi, dan lainnya.

Kita sebagai seorang muslim harus memiliki jiwa peduli, berbagi, dan beramal kebajikan lebih-lebih untuk orang-orang yang membutuhkan.

Jangan pernah merasa egois dan merasa diri tidak terkena Covid, kemudian bersikap sombong.

Sehingga kesombongan itu membuat tidak berdisiplin mengikuti protokol kesehatan, serta mencerca mereka yang disiplin dan taat aturan dengan tudingan penakut dan sejenisnya.

Padahal agama mengajarkan keseksamaan sebagai bagian dari taqwa dan ikhtiar mengatasi musibah.

Kembangkan solidaritas sosial untuk memupuk persaudaraan, toleransi, perdamaian, dan kebersamaan yang tulus sebagai sesama anak bangsa.

Wujudkan secara luas kebiasaan gemar menolong, berbagi rizki, melapangkan jalan orang yang kesulitan, mengentaskan mereka yang lemah, membela orang yang terrzalimi, suka meminta dan memberi maaf, mengedepankan kepentingan orang banyak, serta berbagai kebaikan sosial yang utama.

Semua kebaikan itu cermin dari ihsan yang diajarkan Allah sebagaimana firman-Nya:

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ – ٩٠

Artinya: "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS An-Nahl: 90).

Setiap muslim harus menebarkan kebaikan bagi sesama dan kingkungan secara melintasi tanpa diskriminasi.

Selalu wujudkan kebersamaan dengan sesama secara ikhlas dan bermanfaat.

Sebagai wujud berkurban bagi kepentingan sesama, setiap muslim kiranya harus menghindarkan diri dari segala bentuk egoisme seperti bertindak semaunya sendiri, tidak mengikuti protokol kesehatan karena merasa diri aman, dan berbuat yang merugikan pihak lain.

Jauhi sikap yang berlebihan dan tamak yang membuat kerusakaan di muka bumi.

Pasca Idul Adha setiap muslim perlu menyebarluaskan dan mempraktikkan ta'awun dan ukhuwah atau solidaritas sosial sebagai budaya dan praksis sosial untuk membela kaum lemah.

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Di akhir khutbah ini marilah kita memohon kepada Allah agar pasca Idul Adha kita kaum muslimin makin menjadi insan yang shaleh, yang mau berkorban dalam menunaikan kebajikan dan ketakwaan.

Selaku kaum beriman harus berani menjauhi yang buruk dan munkar agar kehidupan dilimpahi berkah Allah.

Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi dengan iman, ilmu, berserta amal shaleh yang membawa keselamatan di akhirat kelak nan abadi.

Jalani kehidupan dengan ikhlas dan ihsan yang semakin kokoh yang melahirkan habluminallah dan habluminannas yang semakin baik.

Jadikan kehidupan ini penuh arti dengan fondasi iman, Islam, dan takwa untuk menggapai kebahagiaan di dunia akhirat dengan meraih surga jannatun na'im dalam rengkuhan ridha dan karunia Allah Yang Maha Rahman dan Rahim.

Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

Selengkapnya, naskah khutbah Idul Adha 1442 H dari Haedar Nashir dapat disimak di sini.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

BACA ARTIKEL TERKAIT IDUL ADHA DI SINI

SUMBER ARTIKEL : TRIBUNNEWS

Berita Terkini