Padahal, dengan adanya mutasi, varian delta memiliki kecenderungan perburukan lebih cepat.
"Sehingga masyarakat usia muda yang datang banyak yang langsung dengan gejala berat. Ini yang kita khawatirkan. Jika demikian kondisinya, potensi kesembuhan makin kecil," tegas Daeng.
Covid-19 Varian Delta Disebut Punya Gejala Berbeda, Apa Saja?
Penelitian telah menunjukkan bahwa varian ini lebih menular daripada varian lainnya.
Menurut para ilmuwan, data menunjukkan varian delta sekitar 60 persen lebih mudah menular daripada varian alpha yang sebelumnya ditemukan di Inggris.
Membuat mereka yang terinfeksi varian ini lebih mungkin dirawat inap, seperti yang terlihat di beberapa negara termasuk Inggris.
Tak hanya itu, gejala yang ditimbulkan oleh varian delta ini disebut memiliki perbedaan dengan gejala dari virus SARS-CoV-2 lain yang kita ketahui.
Selama pandemi, otoritas kesehatan di seluruh dunia sering mengingatkan bahwa beberapa gejala utama Covid-19 adalah demam, batuk terus-menerus, serta kehilangan rasa atau penciuman.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) kemudian memperbarui daftar gejala antara lain kelelahan, nyeri otot, diare, dan sebagainya.
Namun, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa varian delta tampaknya menimbulkan berbagai gejala yang berbeda.
Seorang profesor epidemiologi genetik dari King's College London, Tim Spector kemudian menggagas studi ZOE Covid Symptom yang berbasis di Inggris.
Studi tersebut memungkinkan masyarakat untuk memasukkan gejala Covid-19 mereka pada sebuah aplikasi agar para peneliti dapat menganalisanya.
"Kami melihat gejala teratas dari pengguna aplikasi sejak awal Mei dan kebanyakan gejala tidak sama seperti sebelumnya," kata Spector.
"Gejala utamanya adalah sakit kepala, yang diikuti dengan sakit tenggorokan, pilek, dan demam."
Menurutnya, gejala Covid-19 yang sebelumnya dianggap sering terjadi seperti batuk dan kehilangan penciuman justru lebih jarang terjadi pada orang yang terinfeksi varian delta.