Wawancara Eksklusif

Kisah Polwan Cantik Jambi Miranti Silaban, Awalnya Menolak, Dua Bulan Jatuh Cinta dengan Brimob

Penulis: Ade Setyawati
Editor: Nani Rachmaini
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anggota Polda Jambi, Miranti Silaban

TRIBUNJAMBI.COM - Kisah Miranti Silaban, saat ditugaskan menjadi anggota Brimob, sempat menolak dan menangis hingga dua minggu lamanya karena tidak ingin menjadi anggota Brimob, namun dalam waktu dua bulan ia sudah sangat jatuh cinta, selain itu juga di Brimob ia memiliki band dan saat ini ia mengikiti tes unamid. Dia mengungkapkan kisah nya kepada Tribunjanbi.com, bagaimana kisah nya ?, Mari kita simak bersama kutipan wawancara berikut :

Tribun : Di Brimob ada bagian apa saja dan mbak di bagian apa ?

Miranti : Brimob itu di bagi menjadi dua cabang, pertama ada Gegana dan ada pelopor, saya pernah dinas di pelopor 2 tahun dan sekarang saya di Gegana menjabat di bidang logistik.

Tribun : Bagaimana awal masuk menjadi personil Brimob ?

Miranti : Awal masuknya jelas tes polisi dulu, nanti bisa di tempatkan di umum atau di brimob dan setelah lulus sekolah lagi di Jakarta selama 7 bulan dari tahun 2016 hingga 2017, pada bulan Maret keluar lagsung turun TR masuk brimob dan penugasannya di Jambi.

Tribun : Banyak yang beranggapan Brimob itu luar biasa, latihannya juga luar biasa dan bagaimana mbak menjalankannya ?

Miranti : Waktu itu, tiba-tiba keluar langsung Brimob, sempat nangis selama 2 Minggu tidak berhenti karena memang tidak mau menjadi Brimob, sempat ngomong juga sama ibu kalau terserah dapat tugas dimana aja yang penting jangan Brimob. Dan lama-lama mulai ikut pembinaan ternyata di Brimob memang beda, jiwa korsanya benar-benar di pupuk dan jiwa-jiwa kekeluargaannya kuat dan disana kita dididik dengan kesusahan.

Tribun : Berarti tidak gampang dan tadi juga cerita awalnya menangis dan bagaimana menjalaninya setelah itu? Berapa lama prosesnya untuk mencintai sebagai anggota Brimob ?

Miranti : Disini saya salut sama pelatih-pelatih di brimob, mereka bisa membuat hal yang sebenarnya sulit seperti latihan pakai ransel yang berisi, bawa senjata, merayap segala macam dan mereka bisa membuat hal yang begitu susah menjadi menarik dan mengasikkan, jadi kita berfikir meskipun sulit tapi seru juga ya ramai-ramai, dan sampai akhirnya saya tidak mau pindah lagi.

Tribun : Berapa lama proses mbak dapat mencintai profesi menjadi Brimob? Apakah ada 1 tahun?

Miranti : Tidak, cukup dua bulan sudah dapat membuat saya bangga menjadi anggota Brimob.

Tribun : Apa satu hal yang benar-benar membuat mbak yakin di Brimob.

Miranti : Begini, ketika kita senang itu banyak teman-teman yang dekat dan ketika kita susah disitu baru kita bisa melihat mana teman-teman kita dan di Brimob ini benar-benar merangkul bahkan sampai komandan-komandan nya peduli, kita kan Bripda sampai Dansat nya pun peduli, dan itulah yang paling saya rasakan, apa lagi ketika papa meninggal, Anggota brimob sangat membantu seolah-olah kita benar-benar keluarganya, jadi sangat terharu.

Tribun : Selain jiwa korsa atau kebersamaan antara anggota Brimob, dari keluarga seperti apa dukungannya saat sempat tidak mau menerima menjadi anggota Brimob, dan bagaimana dukungan ibu?

Miranti : Namanya juga anaknya ya, ya ibu bilang "Ya udahlah nak, di jalani saja, di syukuri, semua pekerjaan itu kalau kita ikhlas pasti enak ngejalaninya walaupun susah".

Tribun : Setelah bertugas menjadi anggota Brimob hampir 4 tahun, apa hal yang berkesan dalam penugasan ?

Miranti : Hak yang berkesan itu banyak, apa lagi jika pelatihan kan tidak memandang cowok atau cowok jadi dimulai saat pembinaan, pelatihan anti anarkis, JW dan BKO dan BKO ini yang paling berkesan karena berhadapan lagsung dengan masyarakat.

Tribun : BKO itu tahun berapa dan dalam pengamanan apa?

Miranti : Itu tahun 2019, waktu pengamanan pilpres pak Jokowi, itu benar-benar anak SMA yang tidak tau permasalahannya apa tiba-tiba ikut tawuran, jadi ketika BKO turun habis magrib sampai jam 4 subuh belum tidur juga, bahkan istirahatnya dipinggir jalan, di lempar batu sama masyarakat dan dilempar bom molotov juga dan itu pengalaman yang sangat luar biasa.

Tribun : Saat masa BKO di Jakarta 2019, sejumlah personil ada korban juga dan mbak sendiri apakah ada kena lemparan batu, gas air mata atau pukulan dari masa?

Miranti : Sebelumnya kita telah mendapatkan pelatihan anti anarkis, kita membuat lingkaran dan disitu kita dilempari gas air mata ditengah-tengah sambil pegangan tangan, jadi sebelum masyarakat merasakan kita sudah merasakan duluan, dan gas air mata itu tidak ada masalah, sebenarnya tidak apa-apa cuma perih asal jangan di kucek biar tidak tambah perih, pernah juga dilempar bom molotov itu sampai pecah, karena kita full body safty semuanya jadi Alhamdulillah aman.

Tribun : Kita balik mundur lagi mbak, apa ini latar belakang masuk terjun ke polisian ?

Miranti : Dulu waktu masih kecil, belum tahu cita-cita mau jadi apa, pengennya jadi penyanyi, semakin dewasa sudah bisa melihat mana yang pekerjaan bener-benar kita suka dan kita nyaman tapi bisa menjamin kita sampai tua dan jatuhnya kan polisi pegawai negeri, dipikir-pikir lagi sudah bener ini apa lagi almarhum papa kan suka sekali kalau anaknya jadi polwan, ini pertama kali tes dan Alhamdulillah lagsung lulus.

Tribun : Itu bagaimana? Pertama tes lagsung yakin lulus 100 persen atau gimana ?

Miranti : Karena sudah mau tes jadi ya harus semksimal mungkin, dan tuhan itu menciptakan manusia dengan kelebihan, bahkan kekurangannya pun bisa menjadi kelebihan.

Tribun : Sebelumnya pernah ada pikiran tidak, akan di tempatkan pada pekerjaan yang beresiko tinggi ?

Miranti : Saya memang orangnya suka yang menantang, memang semua sudah ada jalannya, kenapa harus Brimob, kenapa harus saya dari sekian banyak polwan di Jambi, pasti ada sesuatu disitu, dan selama di Brimob memang semuanya benar-benar menantang.

Tribun : Diawalkan mbak bercerita berat menjadi anggota Brimob, lambat laun ternyata cinta, ada tidak motifasi untuk orang diluar sana yang memiliki pikiran bahwa pengen jadi polisi tapi takut jika di tempatkan di Brimob.

Miranti : Semua pekerjaan ada resikonya masing-masing, saya dulu dari SMP dan SMA minderan, saya berpikir gini, jika saya mau hebat, saya harus dekat sama orang-orang yg hebat jika ingin menjadi hebat, jadi contoh kecilnya gini Jika kita malas beribadah kita harus dekat sama orang yg rajin beribadah agar kita memiliki motifasi untuk beribadah, lingkungan membentuk seperti apa kita dan semua tergantung kita, kita mau mengarah kemana dan semua pekerjaan ada resikonya masing-masing, baik di polisi umum maupun di Brimob, semua sudah dituliskan dan musibah juga mendekatkan kita lagi kepada sang pencipta.

Tribun : Tidak hanya menjadi personil Brimob, dengar-dengar mbak juga pernah ikut audisi bernyanyi?

Miranti : Kalau audisi banyak yg di ikutin, karena pengen mencoba terus, sebelum menjadi polisi pun sudah sering ikut lomba nyanyi, waktu itu ikut Lida dan basic nya pop tapi senior di brimob ini mendukung jadi ya ikut tapi tidak lolos ke Jakartanya, hanya sampai tahap 2, pernah juga ada band. Alhamdulilah juara 2 juara 1, tapi karena kesibukan masing-masing jadi sudah tidak lagi, tapi di brimob juga membuat band sendiri namanya Patria Tama band, dan sudah menciptakan 2 lagu, yang pertama menciptakan tentang corona dan yang kedua tentang susah senangnya jadi abdi negeri.

Tribun : Kalau diluar kepolisian, seperti youtube dan Instagram juga sudah ada semua, ada tidak diluar kepolisian yg kenal?

Miranti : Banyaklah, kadang di DM dari Jakarta mire ini kamu ya ?, Aku jawab iya beb like komen dan subscribe ya, sekalian promosi lah.

Tribun : Selain di band brimob, pernah diundang tidak untuk mengisi acara?

Miranti : Pernah itu di cafe-cafe, karena kita dinas kan jadi mintanya yg Sabtu dan Minggu.

Tribun : Besar tidak bayarannya?

Miranti : Karenakan kita suka, sebenarnya kalau kita bernyanyi tidak perlu bayaran berupa uang, melihat mereka senang, bertepuk tangan atau ikut bernyanyi tu sudah luar biasa.

Tribun : Selain memiliki suara yg merdua, beliau juga pernah ikut kompetisisi beladiri judo, itu pernah ikut audisi sampai kemana?

Miranti : Kitakan punya atlet beladiri Polri dan ada juga atlit judo, jadi waktu itu kita gabung sama atlit provinsi Jambi untuk kejuaraan Mako Brimob di Jakarta, karena baru pertama dan belum memiliki mental di beladiri, pertama liat ya ampun musuh nya besar sekali, pas yg di Jakarta kalah, dan pas pulang ke Jambi ada lagi beladiri di Jambi dan yg ini semangat, Alhamdulillah itu pas ulang tahun polwan jadi seluruh polwan provinsi Jambi lomba beladiri dan Alhamdulillah juara 1.

Tribun : Sudah hampir 4 tahun di Brimob dan tidak ingin pindah lagi, ada tingkatan lagi tidak di Brimob ?

Miranti : Ada, sekarang lagi tes unamid, yang di Afrika Selatan misi perdamaian dunia, dari Jambi polwan tinggal 3 dan semoga ketiganya berangkat semua, semoga bisa menjadi polisi yg menjadi conoth diluar sana, jika polisi indonesia punya pengalaman, kemampuan yg bisa diandalkan untuk dunia.

Tribun : Dijelaskan sedikit unamid itu untuk apa dan kemana arahnya?
Miranti : Unamid ini misi perdamaian dunia di Afrika disanakan pernah perang, dan itu mempengaruhi mereka, dan tingkat kriminalnya juga tinggi, banyak konflik sosial, karena ekonominya sudah buruk setelab perang tersebut jadi kita polisi Indonesia mewakili Indonesia untuk bergabung bersama polisi luar untuk misi perdamaian dunia ini, dan semoga harapannya bisa masuk.

Tribun : Jika masuk berapa lama disana?

Miranti : Pertama itu ada 6 bukan namanya pra off, pelatihan-pelatihannya di satgas dan 1 tahun penugasannya. 

Tribun : Inikan tes ya, bagaimana prosesnya dan sesulit apa?

Miranti : Tesnya hampir mirip seperti kita masuk polisi, hanya saja ada tambahan menembak, dan bahasa Inggris nya juga harus bagus punya toefl, karena saya mengambil yg pasukan jadi nilai menembaknya harus lebih tinggi, psikologi kita, tes komputer, tes driver juga.

Tribun : Harapannya ni mbak, baik dari segi kehidupan pribadi, kepolisian maupun harapan untuk keluarga apa ni kedepan yg mau di capai?

Miranti : Kalau harapan nya banyak, niatnya sih pengen nikah dulu, kemudian semua orang yg saya kenal dan orang yg mengenal saya semoga semua bahagia.

Tribun : Kita masih dalam situasi pandemi dari sosok mbak yg bisa dibilang punya pengaruh dan inspiratif, ada tidak himbauan untuk masyarakt terkait protokol kesehatan atau menyemangati masyarakat di situasi pandemi ini.
 
Miranti : Untuk tim Tribuners, kebetulan saya tergabung di satgas amanusa, jadi untuk teman-teman yg ada di mana saja tetap patuhi patuhi protokol kesehatan.

Tribun : Kapolda dan Danrem orang pertama di vaksin dan lagi rame juga pasang di media sosial saya siap di vaksin, ayo mbak yakinkan masyarakat vaksin demi kebaikan bersama.

Miranti : Untuk tim Tribuners semua saya pribadi juga mau dan siap di vaksin, jadi untuk teman-teman semua ini demi kebaikan bersama, vaksin itu bisa mencegah kita menularkan orang lain dan membuat daya tahan tubuh kita semakin baik juga untuk memutus mata rantai covid-19.

Berita Terkini